Pagi itu, aku bangun lebih awal dari biasanya. Udara vila masih sejuk, tapi kepalaku sudah penuh dengan susunan rencana. Pesan untuk Damien telah kukirimkan lewat saluran aman. Sekarang aku hanya perlu menunggu respons.Namun sebelum aku sempat melangkah ke luar kamar, ketukan pelan terdengar.Bukan dari Damien.Melissa."Aku bawakan teh favoritmu," katanya sambil masuk begitu saja, tak menunggu undangan. Wajahnya bersinar dengan senyum buatan, tangan kanan membawa nampan porselen elegan. Gerakannya terlalu ringan, terlalu sempurna.“Pagi yang aneh untuk jadi perhatian,” kataku pelan."Aku cuma ingin menunjukkan bahwa kita bisa akur,” katanya sambil meletakkan cangkir teh di mejaku. “Lagipula, kita saudara tiri. Ada baiknya kita tak saling mencakar di rumah ini, bukan?”Aku tersenyum miring. “Sayangnya, aku tak tumbuh dengan kebiasaan bermain cantik seperti yang kau kuasai.”Melissa ter
Last Updated : 2025-07-07 Read more