Pagi itu Averine terbangun dengan rasa aneh bukan gelisah, namun juga bukan tenang. Langit di luar jendela berawan, matahari seolah tertahan di balik tirai tipis awan. Ia menyeduh kopi, lalu duduk di meja dapur. Darian sudah ada di sana, wajahnya tenang tetapi matanya menyimpan sesuatu yang sulit diurai.“Selamat ulang tahun,” ucap Darian, sambil menaruh secangkir kopi di depannya.“Terima kasih. Mau ngapain hari ini?” tanyanya.“Ada rencana kecil. Sore nanti, kosongkan waktu tiga puluh menit.”“Rahasia?”“Rahasia yang baik,” jawab Darian, disertai senyum tipis.Seharian itu, Averine mencoba bekerja di studionya, namun pikirannya terus kembali pada tatapan Darian pagi tadi. Saat sore tiba, ketukan lembut terdengar di pintu.“Siap?” tanya Darian.“Ke mana?”“Tutup mata.”Ia menuntunnya ke lantai atas. Pintu kayu terbuka, dan ketika Averine membuka mata, langkahnya terhenti. Galeri kecil yang biasanya terkunci kini penuh dengan lukisan semuanya tentang dirinya. Dari potret seorang anak
Huling Na-update : 2025-08-09 Magbasa pa