Hardi terdiam, kaget mendengar permintaan Asih yang begitu blak-blakan. Ia menatap Asih, lalu melirik ke arah ruang tamu tempat Citra masih asyik dengan ponselnya. "Asih, kau ini bagaimana? Dia itu tamu kita, mana mungkin aku menyuruhnya pulang begitu saja?" tolak Hardi, mencoba melunakkan suasana. "Tamu?" salah satu alis Asih terangkat tinggi, ekspresinya sinis. "Benar juga, tamu kecil yang menempel seperti parasit. Apa dia pengangguran, Mas, sampai harus menempel terus di sini?" Wajah Hardi memerah. "Apa maksudmu, Asih?! Kenapa kau ini sebenarnya? Apa kau sungguh cemburu sekarang?" bisiknya, matanya melirik khawatir ke arah ruang tamu. "Tenang saja, hubungan kami masih sebatas teman, kok." Asih tertawa sinis, sebuah tawa tanpa kehangatan yang mengiris udara. "Cemburu? Bagaimana mungkin, Mas?" Matanya menyorot Hardi tajam, seolah menelanjangi kepura-puraannya. "Aku cuma mau istirahat. Jadi, tolong, bawa dia pergi dari sini. Sekarang." Hardi baru saja akan membuka mulut, namun
Last Updated : 2025-09-14 Read more