Menjual Warisan Demi Harga Diri

Menjual Warisan Demi Harga Diri

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-03
Oleh:  DewanuBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
10Bab
21Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Bertemu Cinta lama menjadi calon adik iparnya, Asih merasa dalam dilema. Dulu ia mencintainya, tapi takdir memisahkan mereka. Harga dirinya di dalam rumah keluarga Hardi memang hancur, ia berusaha membalas rasa sakit dengan caranya. Sayangnya, Arif yang memiliki kekuatan dan uang, mengacaukan segalanya. Bahkan pria itu datang sebagai pria yang berbahaya. Arif Raharja ternyata memiliki tujuan sehingga hadir di tengah keluarga Hardi, tentu saja untuk wanita itu, wanita yang berkhianat darinya. Keluarga Hardi, hanya ajang membalas dendam, tapi apa yang terjadi setelahnya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Satu

Di tengah persiapan pertunangan Helena adik iparnya, Asih merasa kesal karena suaminya berkeras melarangnya hadir di acara pesta. Padahal pada kesempatan itu mau Asih manfaatkan untuk bertemu kerabatnya yang telah lama tak bertemu.

"Jadi, kau tidak mengijinkan aku hadir di acara Helena? Kenapa? Apa ada masalah? Kau bertengkar dengan Helena?" Asih mencecar Hardi, mengira Hardi ada masalah dengan Helena. Terkadang mereka memang sering terlibat keributan kecil.

Hardi menatap Asih tajam, sorot matanya menunjukkan ketidaksukaan. "Masalahnya bukan aku, tapi kamu," katanya dingin dan meremehkan. "Kamu tahu kan Helena sudah jadi artis, dia nggak mau orang tahu kalau punya kakak ipar ndeso," celetuk Hardi, ucapannya menusuk ulu hati Asih.

Asih terdiam, mencoba mencerna kata-kata suaminya. "Mas, kau ini ngomong apa sih? Kita sudah menikah lima tahun, kenapa Helena memungkiri kalau aku kakak iparnya?" suaranya sedikit bergetar.

Percakapan itu terasa aneh bagi Asih.

Hardi menghela napas acuh tak acuh. "Itu adalah permintaan Helena. Dia nggak mengundang kamu." Ia melanjutkan tanpa sedikit pun empati. "Calon suaminya itu pengusaha sukses, acara pertunangan ini digelar besar-besaran di hotel bintang lima. Kalau kau mau datang, ya sudah, datangnya di rumah ibu saja, bantu-bantu di sana."

Pernyataan Hardi membuat hati Asih dipenuhi amarah. Mereka menyiapkan pesta mewah, tapi menganggap dirinya, istrinya sendiri tidak pantas berada di sana?

Merasa kesal pada suaminya itu, kesal dengan ibu mertuanya juga sering merendahkannya. Asih seorang menantu yang tidak pernah dianggap di keluarga Hardi . Bahkan rasanya kebahagiaan mereka dibangun di atas penderitaannya.

"Kau menganggap aku tak berharga, Mas?" tanya Asih, suaranya nyaris tak terdengar. Ia menatap Hardi, mencari setitik penyesalan di matanya. Namun, Hardi hanya bangkit dan meninggalkan meja makan begitu saja.

Hari pertunangan Helena tiba. Asih memilih diam di rumah, membiarkan kekosongan menggerogoti jiwanya. Terkadang Asih merasa kesal, merasa marah atas ulah keluarga Hardi, tapi Ia terlalu lelah untuk menangis. Apa mereka ingin ia hancur?

Tidak, ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

Di hari bahagia keluarga Hardi, Asih termenung seorang diri. Rasa lelah, sepi dan terasing membuatnya malas untuk beranjak dari tempat tidur.

Akan tetapi suara bel rumah membuatnya terpaksa bangun dan beranjak ke pintu.

Iapun membuka pintu dengan malas.

Ceklek!

Betapa terkejutnya ia melihat siapa yang datang.

"Bagas? Kenapa kau tiba-tiba ada di sini?"

Asih terkejut karena Bagas tiba-tiba sudah ada di depan pintu rumahnya, keluarga yang selalu ia rindukan.

"Iya, Asih. Aku mencarimu di pesta, tapi tak melihatmu."

Asih langsung gugup, tidak pantas rasanya mengatakan semua luka yang ia dapatkan dari keluarga Hardi pada keluarganya. Biarlah hanya dirinya yang merasakan, sehingga hanya berita baiklah yang mereka dengar.

"Beda, Gas. Aku kan ambil bagian yang paling penting, jadi tugasku bukan di sana. Ayo masuk," Asih mengalihkan pembicaraan dan membawa Bagas masuk.

"Aku nggak lama, cuma mau sampaikan pesan ibu."

Asih mengerutkan dahi, "Pesan ibu?"

"Iya, soal vila itu, rencana ada yang mau membeli dengan harga fantastis."

Asih melihat ke sekitar, seolah khawatir ada yang mendengar. "Maksudmu?"

"Vila itu, apakah kau percaya nilainya seratus miliyar?"

Jantung Asih berdegup kencang. "Se-seratus miliyar?"

"Iya. Gimana, mau dijual?"

Tangan Asih mengepal, inikah kesempatan itu? batinnya.

Sejenak ia tersenyum pada sepupunya, "Kalau nggak dijual sekarang, kapan lagi ada orang yang menawar dengan harga tinggi?"

Tapi Bagas malah mendesah, seolah tak rela Asih menjualnya. "Kau yakin? Tapi ... apa kau tidak akan menyesal menjual peninggalan satu-satunya keluargamu?"

Asih menepuk pundak Bagas pelan. "Tidak. Yang aku takutkan sekarang bukan penyesalan, tapi kesempatan yang hilang."

Bagas menghela napas, terlihat cemas. Tiba-tiba saja Bagas menyinggung soal Hardi, "Bukankah... suamimu..."

"Kenapa?" tanya Asih, menyipitkan mata. Ia sudah merasa ada yang tidak beres.

"Ada skandal besar di timku," bisik Bagas, suaranya terdengar takut-takut. "Salah satu artis pemula katanya punya hubungan khusus dengan suamimu, apa kau pernah mendengarnya?"

Asih mengatupkan bibirnya.

Pernyataan Bagas bagaikan petir yang menyambar. Hati Asih yang tadinya hanya perih, kini terbakar amarah. Cukup.

"Kau serius, Gas?"

Bagas mengangguk.

"Jadi apa pendapatmu, Gas?"

Bagas menarik nafas panjang. "Entahlah, sejak awal aku tidak menyukai Hardi. Kau tau itu kan?" Asih berdehem, menenangkan emosinya. Ia tak akan membiarkan siapa pun tau penderitaan di keluarga Hardi ditambah tapi pengkhianatan ini...

"Bagas, kalaupun Hardi berani begitu, kamu tidak usah khawatir," ucap Asih, suaranya kembali datar. "Ini tidak ada kaitannya dengan penjualan vila."

Dia harus mengendalikan diri dan fokus pada uang.

"Tapi... bagaimana kalau dia memaksamu untuk minta bagian?" tanya Bagas, terdengar cemas. Ia tahu betapa rakusnya keluarga Hardi.

Asih menyeringai. Tentu saja Hardi akan melakukannya. Keluarga itu tidak mungkin membiarkan dirinya tenang setelah memiliki uang sebanyak itu. Itu adalah hal yang sudah bisa ia tebak.

"Kalau begitu, kau harus membantuku, Bagas," kata Asih, tatapannya dingin dan tajam. "Kau harus tutup mulut. Biarkan saja mereka mengira aku istri bodoh yang patuh." Senyumnya melebar penuh arti. "Lalu, aku akan membalas Hardi dengan caraku sendiri!."

"Aku masih belum mengerti," tanya Bagas.

"Bukankah lebih baik bagiku untuk bercerai?"

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
10 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status