“Kalau aku bukan kau… siapa aku?”Suara itu menggaung, persis dengan nada Naira. Ia mundur, punggungnya membentur dinding putih yang retak. Napasnya memburu, keris di tangan terasa makin berat, seperti menolak digunakan.“Aku tidak akan biarkan kau menggantikan aku!” teriaknya, tapi suaranya terdengar kecil, seperti tenggelam di dalam kabut.Bayi itu—atau lebih tepatnya, wujud kecil dirinya—tertawa. Senyum polosnya melebar, lalu tubuhnya memanjang, menua dengan cepat. Dalam hitungan detik, ia berubah jadi gadis remaja dengan rambut hitam panjang, kulit pucat, dan mata tajam. Wajah yang Naira kenal… dirinya sendiri di usia lima belas tahun.Gadis itu melangkah mendekat, gerakan kaku tapi pasti. “Aku adalah kau yang kau buang. Kau yang kau benci. Kau yang kau lupa.”Naira terengah, ingatannya berloncatan: malam ia kabur dari rumah, pertengkaran dengan ayahnya, saat-saat ia menolak menatap cermin karena takut dengan dirinya sendiri. Semua pecah sekaligus.Revan muncul di sisi ruangan, se
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-08 อ่านเพิ่มเติม