"Istriku, di rumah kita sudah ada pria yang siap tersedia, biarkan menantu kita yang menyodokmu.""Ugh Ugh, bolehkah? Apa nggak apa-apa? Tapi dia 'kan suaminya putri kita...""Istriku, merintihlah lebih keras lagi. Goyangkan lebih cepat lagi, aku merasa sangat bergairah.""Tapi, suamiku, jika menantu ada di sini sekarang, kamu ingin dia bagaimana menyodokku?"Suamiku sangat bernafsu, "Tentu saja menyuruh dia menyodokmu lebih keras dan lebih ganas lagi, sodok sampai jebol!""Menantuku yang baik, apa kamu mendengarnya?" Aku menatap menantuku dengan mata binal dan penuh nafsu, "Kenapa tidak lebih keras lagi?""Ughh... Ugh suamiku, kalau begitu aku akan berakting lebih liar lagi. Kamu jangan bilang aku binal."Suamiku tersenyum genit, "Toh itu cuman pura-pura, cepat lakukan saja sesuai keinginanmu."Aku benar-benar lupa diri dan berkata, "Menantu yang baik, cepat sodok ibu, sodok ibu sampai mati... Agh, agh, enak sekali, lebih cepat lagi, toh bukan istrimu, kamu nggak perlu ganti rugi kala
Baca selengkapnya