Qale melihat dari jauh, Elan menyapa wanita tadi. Dahinya mengerut, apakah Elan juga mengenalnya?Dia melirik Wafa, sepertinya Wafa juga terkejut akan interaksi keduanya. Qale lalu kembali merapikan perlengkapan, meski dia tahu, Wafa sedang memperhatikannya.Bakar mendekat, berbicara pelan tapi kali ini kalimatnya menenangkan. "Kadang, mata itu suka keliru menilai, bukan begitu?" "Iya.""Jadi, jaga hati dan pikiran Anda, Nyonya. Kadang, telinga itu lebih jujur dibanding mata," pungkas Bakar, tersenyum tipis sebelum pergi meninggalkan stand.Qale menunduk, menyimpul senyum. Benar, mendengarkan penjelasan seseorang kadang lebih logis bila dibandingkan menilai langsung lewat mata.Dia akan menunggu Wafa menjelaskan siapa wanita tadi. Meski, jika mengingat perjanjian itu, itu bukan haknya, tapi, seenggaknya Wafa bisa melihatnya sebagai istri di atas kertas.'Eh, kok aku mulai menuntut, ya?' batin Qale.Menjelang Maghrib, Winda mengajak Qale pulang. Tapi, dia menolak halus. Dirinya harus
Terakhir Diperbarui : 2025-08-13 Baca selengkapnya