Obrolan di ruang tamu mulai terdengar aneh—terlalu banyak jeda, terlalu banyak senyum yang tidak sampai ke mata. Lampu gantung di tengah ruangan memancarkan cahaya kekuningan, membuat bayangan wajah setiap orang terlihat lebih dalam, seolah menyimpan rahasia.Pak Bowo, paman Arya, duduk bersandar dengan satu kaki disilangkan, tangannya memutar cangkir teh yang sudah dingin. Senyumnya tipis, tapi tatapannya menusuk ke arah Arya, seperti ingin menguji kesabaran.Arya menahan pandang, jemarinya mengetuk pelan sandaran kursi. Sekar bisa melihat rahang suaminya mengeras, urat di lehernya menegang.Pak Slamet, ayah mertua Sekar, mencoba memecah suasana. “Sudahlah, Bowo. Kita ngobrol hal yang ringan-ringan saja. Anak-anak ini kan baru pulang kerja.”“Tentu, Mas,&rdquo
Last Updated : 2025-08-10 Read more