Semua Bab BERTUKAR TUBUH DENGAN MUSUHKU: Bab 11 - Bab 20

“Tapi apa?” tanya Krisna yang menunggu tak sabaran.“Tapi gimana dengan mama aku, Kris?” tanyanya lirih. Raut wajah Radha terlihat sendu. Seperti tidak tahu diri, setelah merusakkan barang milik Krisna, Radha datang seolah tidak terjadi apa-apa.Krisna terdiam, benar juga yang dikatakan oleh perempuan itu. Jika berbicara tentang dirinya, tidak akan ada yang curiga telah terjadi hal yang janggal pada tubuh pria tersebut. Tapi, ini soal Radha, soal keluarganya yang mungkin tidak akan percaya hal ini telah terjadi pada anak perempuannya. “Aku sebenarnya kasihan sama kamu. Tapi, aku ngga bisa,” ucapnya datar.Radha menarik napas panjang. Raut wajahnya terlihat begitu pasrah. “Ya, sudah, aku tinggal di sini aja sama kamu.”Seperti tersambar petir, mata lentik Krisna membelalak. “Nggak, nggak boleh. Enak aja mau tinggal gratis di sini!” seru pria itu dingin. “Terus aku mau ke mana dengan tubuh jelek ini?” tanya Radha tanpa rasa bersalah.

Plak! Satu pukulan mendarat di kepala Krisna. Ibu-ibu yang menariknya tanpa izin, kini malah memukulnya. “Enak banget mulut kamu ngomong ngga kenal!” suaranya masih terdegar keibuan, namun ada kemarahan di sana. Krisna termangu, dia benar-benar tidak tau siapa wanita itu. “Ibu siapa? Saya benar-benar ngga kenal sama Ibu,” jelasnya lagi. Wanita itu berdecak kesal, alisnya terangkat tinggi, wajahnya pun sekarang terlihat sangat merah. “Ayo pulang, ayah kamu sakit, adik kamu belum makan dari kemarin,” oceh ibu tersebut pada Krisna. Ambon yang juga berdiri di sana hanya bisa diam. Dia sendiri pun bingung dengan situasi saat ini. “Ibu kenal sama Krisna?” tanya Ambon sembari menunjuk sang sahabat. Dahi wanita bernama Asih pun mengkerut dalam. “Krisna?” tanyanya pada Ambon. Ambon mengangguk, dia berusaha meyakinkan lagi bahwa yang berdiri disampingnya adalah Krisna, sahabatnya. “Iya, ini Krisna, Ibu kenal?” “Kalian ini! Jangan main-main, ya!” teriak Asih, sontak semua mata tertuj

Gedung yang awalnya hening, kini semakin dibuat hening. Ketika lirihan Asih yang memanggil Radha sembari berjalan terbata-bata. “Radha, papa meninggal.”Satu kalimat yang sukses menusuk ke hati Radha yang paling dalam. Perempuan itu terpaku, jemari yang awalnya menggenggam pensil erat, kini mendadak goyah dan menjatuhkan benda kecil tersebut. “Mama ngga becanda, ‘kan?” lirihnya. Lutut Radha gemetar, hampir tidak sanggup menopang tubuhnya yang mulai hilang tenaga.“Mana mungkin Mama bercanda soal kematian papamu.” Wajah Asih sudah basah ulah air mata, dia tidak sempat lagi melihat siapa yang berbicara. Pipinya merah, matanya sembab karena menangis terlalu lama. “Ngga, ngga mungkin!” Radha histeris, jantungnya seakan diremat kuat. Napasnya sesak, sesaat kemudian, air mata pun sudah tak sanggup terbendung.Setelah tangis Asih reda, dia naik ke atas panggung dan menarik Krisna ikut bersamanya. “Ayo, kita pulang!” Radha yang melihat hal itu

“Jangan banyak tanya! Pegang aja!” seru Krisna tanpa basa-basi.Dengan Ragu, Radha menempatkan tangannya di atas tangan Krisna. Gila! Tangan gue lembut juga, ujarnya dalam hati.Perlahan Krisna menggerakkan tangannya menggambar sebuah pola di atas kertas tersebut. Radha pun mengikuti kemana arah tangan pria itu membawanya. “Tetap aja aku ngga paham,” celoteh Radha.Krisna langsung berhenti dan menatap perempuan itu tajam. Satu detik kemudian, mata mereka saling bertemu. Meski manik tersebut bukan milik mereka, namun binarnya terasa begitu berbeda. “Kok aku ngerasa, hangat, ya? Padahal yang kutatap mataku sendiri?” tanya Radha polos.“Karna jiwanya sudah berbeda,” ujar Krisna datar. Radha gelagapan, dia menjauhkan tubuhnya dari Krisna, dan langsung merebut pensil yang dipegang oleh pria tersebut. “Sini, aku aja yang gambar sendiri!”Krisna mengangkat sebelah alisnya, sembari tersenyum dia berkata, “Y

“Jadi Papa kamu bawa lima perempuan ke rumah?” Radha tampak sangat terkejut.Sambil berlinang air mata, perempuan itu mengangguk. “Mama aku sekarang ada di rumah sakit jiwa,” tambahnya lagi.“Apa? Jadi, gara-gara Papa kamu selingkuh, mama kamu jadi, maaf, gila?” Radha sungguh tidak habis pikir. Rupanya, kehidupan orang kaya tidak selamanya indah. Dilihat dari penampilan, perempuan itu sangat jauh dari kata kekurangan, tapi, cobaanya ada di keharmonisan keluarganya.“Lukisan yang kasih ke aku, rusak dirobek papa aku,” sambung perempuan itu lagi.“Lukisan?”“Iya, maaf, ya! Aku ngga bisa jaga lukisan kamu dengan baik,” ujarnya merasa sangat bersalah.“Ngga apa-apa, itu bukan salah kamu,” jawab Radha lagi.***Pagi ini dunia terasa begitu dingin, namun tidak ada hujan sama sekali. Hanya udara yang berhembus kencang. Matahari pun enggan menampakkan diri, Radha bergumul di dalam selimut tebal, dan seperti tidak mau bangun untuk melakukan aktivitas.“Dingin banget, latihan hari ini tunda aja