Nadine masih berdiri di ruang tamu, menatap pintu yang baru saja ia tutup di wajah Tania. Hening yang menggantung di antara dinding rumah ibunya terasa lebih tebal dari sebelumnya, seolah menyerap amarah yang masih berdenyut di pelipisnya. Ketika akhirnya ia menghela napas, udara yang keluar dari paru-parunya terasa berat, seperti membawa beban bulan-bulan pengkhianatan yang belum juga habis. Ia tahu, seberapapun keras ia berusaha mengunci pintu itu, luka yang sudah telanjur tumbuh di dalam dada tidak akan hilang begitu saja. Dan entah bagaimana, di balik semua tekadnya untuk tegar, ada bagian kecil dari hatinya yang masih ingin mendengar penyesalan—atau bahkan pembenaran—dari Raka. Tetapi malam itu, di rumah yang sudah bukan lagi rumahnya, Raka sendiri duduk dalam gelap, menatap kosong ke lorong yang dulu selalu diisi suara langkah Nadine dan Lio. Ia membuka pintu pelan-pelan, seakan berharap bahwa kalau ia berjalan cukup perlahan, Nadine akan muncul di ambang kamar, menyapanya deng
Last Updated : 2025-07-18 Read more