Aku menatap mata Anto yang teguh. Dengan lembut, kuusap kepalanya dan berbisik,“Baiklah.”Kemudian, aku mengangkat pandangan ke arah kamar Irfan. Dalam hati, aku berkata.‘Irfan, anakmu memberimu tiga kesempatan terakhir.’‘Jika kau menyia-nyiakannya, aku dan anakmu akan benar-benar pergi dari hidupmu.’‘Kita tak akan bertemu lagi.’Keesokan paginya, Irfan tidak makan sarapan dan pergi terburu-buru. Aku tahu dia pasti pergi menemui cinta pertamanya, Citra Kusuma.Mereka adalah teman masa kecil. Seharusnya menjadi pasangan sempurna. Tapi beberapa tahun lalu, karena pergolakan, Irfan terpaksa pindah ke desa. Sementara Citra menikah dengan orang lain di luar kota.Sejak itu, hubungan mereka putus total.Saat tiba di Desa Pawani, Irfan bahkan butuh waktu beberapa bulan untuk bangkit lagi.Setelah pindah ke desa, dia tinggal di rumah kami. Dan suatu malam, dalam keadaan mabuk, dia meniduriku. Lalu, dia terpaksa menikah denganku. Hanya dari satu malam itu, lahirlah Anto.Saat Anto berusi
Baca selengkapnya