Malam itu, Tavira mengunci diri di kamar. Ia duduk di tepi ranjang, menatap kosong pada jendela yang hanya memantulkan bayangan dirinya sendiri. Suasana hatinya kacau. Antara marah, sedih, dan lelah. Air mata sudah kering, namun dadanya masih terasa sesak.Di luar, suara mobil memasuki halaman membuatnya menegang. Ia tahu itu Darian. Hatinya, entah kenapa, tetap berdebar menunggu. Ia berharap ada langkah kaki menghampiri, pintu diketuk, atau sekadar suara yang memanggil namanya.Namun menit demi menit berlalu, yang terdengar hanya langkah berat menuju kamar di seberang. Tidak ada tanda Darian berusaha mendekat.Tavira menggigit bibir, menundukkan kepala.“Dia benar-benar nggak peduli,” bisiknya getir.Ia membaringkan diri, menarik selimut menutupi tubuh. Sambil memejamkan mata, ia mencoba meninabobokan diri dengan harapan kosong. Mungkin besok semuanya akan lebih baik.Hingga pagi datang. Tavira bangun dengan kepala berat dan mata bengkak. B
Last Updated : 2025-09-25 Read more