Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui tirai jendela kamar, menerpa wajah Matteo yang masih berkerut oleh mimpi buruk. Di atas meja rias, undangan berlapis emas itu tergeletak dengan hiasan bunga peony putih—tanda tangan Ivy Ruzzo terpampang jelas dengan tinta ungu kesukaannya.Matteo meremas kertas itu perlahan, lipatannya yang sempurna kini berubah menjadi kerutan-kerutan kecil di telapak tangannya.“Ck! Sampai kirim undangan seperti ini!” decih Matteo tak suka.Sebelumnya, Ivy tidak pernah mengirim undangan resmi seperti ini karena ini bukan sebuah pesta, hanya makan malam keluarga. Namun, karena Matteo kerap kali absent jadi Ivy berinisiatif mencetak undangan khusus untuk anak tunggalnya, Matteo."Kita harus pergi," suara Isabella terdengar lembut dari balik pintu kamar mandi.Ia keluar dengan handuk melilit tubuh, rambutnya masih basah meneteskan air. Di cermin, matanya menangkap bekas merah di lehernya—jejak gigitan Leonardo yang belum sepenuhnya memudar.Matteo menghela na
Terakhir Diperbarui : 2025-07-09 Baca selengkapnya