( 21+/ Warning Buku Mengandung Content Dewasa) “Jangan, Leo…” rintihnya, tubuhnya bergetar hebat saat jemari Leonardo menyentuh lembut garis rahangnya. Namun, kata-kata itu tidak sejalan dengan gerakan tubuhnya. Isabella merasa bersalah, seolah mengkhianati suaminya—karena diam-diam ia menikmati sentuhan Leonardo. Keberadaan Leonardo di atas ranjangnya, sebagai kakak ipar, berawal dari permintaan suaminya sendiri—yang tak mampu memenuhi tuntutan keluarga untuk memiliki anak. Sejak malam itu, Leonardo merasa nyaman… dan mulai sering membayangkan sentuhan terlarang dari istri adik angkatnya, Isabella.
View MoreIsabella Ricci menatap lembut cincin kawin di jarinya, tiga tahun berlalu sejak ia mengucapkan "Aku mau" pada Matteo Ruzzo. Tapi kebahagiaan pernikahan mereka terusik oleh desakan orang tua Matteo untuk mendapatkan penerus garis keturunan di keluarga Ruzzo.
"Keluarga Ruzzo membutuhkan keturunan!" ucap Tuan Riccardo Ruzzo sang ayah mertua. Yang tidak mereka tahu—Matteo menyimpan rahasia besar. Malam ini seharusnya menjadi malam istimewa - malam perayaan tiga tahun pernikahan mereka yang penuh cinta. Tiga tahun yang seharusnya dirayakan dengan anggur terbaik dan tawa bahagia, dengan kenangan manis yang mereka ciptakan berdua. Tiga tahun yang semestinya menjadi bukti cinta yang semakin matang, dirayakan dalam pelukan hangat dan bisikan mesra. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya merayakan cinta, malam ini justru menjadi pengkhianatan terkejam dalam tiga tahun pernikahan mereka. Anggur yang seharusnya manis berubah menjadi racun, pelukan yang seharusnya hangat berubah menjadi jeratan, dan kamar tidur mereka yang biasanya menjadi tempat bercinta justru berubah menjadi ruang penyiksaan. Isabella meneguk anggur terakhirnya, lidahnya menyentuh aftertaste yang aneh—manis, tapi ada sesuatu yang asing. Perasaan Isabella sudah tidak nyaman dari awal saat Matteo mengatakan akan membuat pesta perayaan anniversary pernikahan mereka yang ketiga di rumah, biasanya cukup dirayakan dengan makan malam di restaurant, berdua. Diakhiri dengan check in di hotel dengan vibe honeymoon. Tidak yakin dengan lidahnya sendiri, Isabella mencoba menenggak tetesan terakhir anggur yang ada di tangannya. Anggur itu terasa aneh di lidah—terlalu manis, terlalu tajam. Isabella mengerutkan kening, Matteo mengamatinya dari balik gelasnya sendiri, jari-jarinya mengetuk bibir kristal dengan ritme gugup. "Kau baik-baik saja, sayang?" suaranya terlalu datar. Kepala Isabella mulai ringan. Ruangan berputar perlahan, suara tamu memudar jadi dengung. Ini tidak normal. Dia mencoba berdiri, tapi lututnya gemetar. Matteo segera menahannya, tangannya mencengkeram terlalu kencang. "Leonardo," bisik Matteo pada seseorang di belakangnya, "Sekarang." Lelaki tinggi dengan mata hijau seperti hutan itu muncul—Leonardo. Isabella mengenalinya, karena dia adalah kakak angkat Matteo. Tapi malam ini, ada sesuatu yang gelap dalam tatapannya. "Jangan sentuh aku—!" Isabella ingin berteriak, tapi suaranya hanya keluar sebagai desahan pendek. Leonardo mengangkatnya dengan mudah, seolah dia hanya boneka kain. "Tenang, Bella," napasnya panas di telinganya, "Kau akan menikmati ini." Dia membawanya ke kamar tidur—kamar yang biasa ia bagi dengan Matteo. Pintu terkunci. Dengan kekuatan yang tersisa dia meronta, Leonardo menurunkan Isabella di sofa. "LARI!" naluri Isabella berteriak. Dengan sisa tenaga, ia mendorong Leonardo. Kakinya seperti dijejali kapas, tapi ia terus berlari. Ia membanting pintu kamar mandi, mengunci—tidak! Kuncinya rusak! Leonardo mendobrak masuk. Isabella mengambil pisau cukur dari wastafel. "Mendekat dan kukiris lehermu!" teriaknya, tapi suaranya pecah. Leonardo menghela napas. "Kau bahkan tidak bisa memegangnya lurus," bisiknya sedih, dengan mudah melucuti pisau itu. Isabella mencoba melawan, tapi obat itu membuat gerakannya lamban, seperti berenang di madu. Ia mengangkat Isabella yang kini lemah seperti boneka kain. Leonardo menidurkannya di kasur, jemarinya menelusuri lekuk tubuhnya dengan familiaritas yang menakutkan. "Matteo—!" Isabella memanggil suaminya, tapi yang terdengar hanya ketukan di jendela—Matteo mengawasi dari balik tirai, wajahnya kosong. Air mata Isabella luruh tanpa perintah, ini hari peringatan pernikahan mereka yang ketiga dan Matteo mengumpankan tubuhnya ke saudara angkatnya. Dia itu lelaki atau binatang?. "Tidak... tidak..." Isabella merintih ketika punggungnya menyentuh kasur karena kulitnya kini terasa jauh lebih sensitif. Kulitnya mungkin terasa lebih sensitif terhadap sentuhan, dan setiap gesekan kain atau embusan angin seolah memperkuat. Sebuah dorongan kuat, hampir primitif, mulai bergelora di dalam dirinya, menarik perhatiannya dari sekitarnya dan memfokuskannya pada sensasi internal yang kini menguasai dirinya. “Jangan, Leo……”rintihnya saat tubuhnya bergetar hebat mendapatkan sentuhan lembut di garis rahangnya oleh jemari Leonardo. Leonardo mengepungnya, kedua tangannya mengurung kepalanya. "Aku janji akan bersikap lembut," bisiknya, tapi matanya gelap. Leonardo membungkuk, bibirnya hampir menyentuh kulitnya. "Dia yang memintaku melakukan ini, Bella. Dia lebih memilih kebohongan daripada kehilanganmu." Air mata panas mengalir di pelipis Isabella. Isabella ingin menolak merontah namun dia merasakan getaran samar di bawah kulitnya, getaran itu dengan cepat berubah menjadi kehangatan yang menjalar, bukan seperti demam, melainkan lebih mirip rasa hangat yang merambat dari dalam, mulai dari perutnya dan perlahan menyebar ke seluruh anggota tubuhnya. Napasnya mulai terasa lebih cepat, dangkal, dan sedikit tersengal, seolah-olah ia baru saja berlari sprint padahal ia hanya duduk diam. Detak jantungnya berpacu, setiap denyutan terasa menumbuk dinding dadanya, lebih keras dan lebih cepat dari biasanya. Ia bisa merasakannya di telinganya, di lehernya, bahkan di ujung jarinya—sebuah ritme yang mendesak, penuh energi. Dan di saat Leonardo mulai mengabsen semua bagian tubuhnya, yang tubuh Isabella rasakan bertolak belakang dengan logikanya. Dia ingin Leonardo memperlakukannya lebih dari itu. ‘Ini pengkhianatan.’ rintihnya. Tapi yang lebih menyakitkan—tubuhnya mulai merespons sentuhan Leonardo.Pintu gudang berderit keras saat Matteo mendorongnya dengan kasar. Sorot matanya liar, mencari sosok yang telah menghancurkan hidupnya. Dan di sana, persis di tengah ruangan yang diterangi cahaya bulan, Leonardo berdiri tegak. Tenang. Terlalu tenang."Leonardo!" sergah Matteo, suaranya parau. "Kau pikir kau bisa main hakim sendiri? Menculik Naomi? Kau sama brengseknya denganku!"Leonardo tak bergerak. Hanya matanya yang menyipit, mengamati setiap detail penampilan Matteo yang compang-camping."Kau tahu, Leonardo," Matteo melangkah mendekat, senyum sinis terukir di wajahnya yang dipenuhi janggut pirang tak terurus. "Dari dulu aku selalu jijik melihatmu. Berlagak suci, tapi ternyata sama bejatnya. Merebut istri orang—"Bug!Tidak ada peringatan. Tidak ada kata-kata balasan. Hanya sebuah pukulan keras yang menghunjam tepat di pipi Matteo. Begitu kuatnya sampai Matteo terhuyung mundur, menabrak tumpukan karang kosong."Dasar—!" Matteo mencoba membalas, tapi Leonardo sudah terlalu cepat.B
Serangan balik Isabella dan Leonardo bagaikan badai yang membelah langit. Opini publik pun terbelah, masing-masing dengan narasinya sendiri.Ini memang tujuan Isabella. Dia bukan mencari dukungan penuh tapi memecah. KUBUH SKEPTIS & CUEK:"Lagi, lagi. Orang kaya berantem." Komentar ini mewakili kelompok yang lelah dengan drama elite. Bagi mereka, ini sekadar sinetron berbiaya tinggi yang tak ada hubungannya dengan hidup mereka. Mereka membaca headline, menggeleng, lalu melanjutkan aktivitas. "Buat apa peduli? Yang penting harga sembako turun." Mereka adalah penonton pasif yang jumlahnya tak sedikit. PASUKAN PEMBELA ISABELLA: #KuatSepertiBelleKelompok inilah yang suaranya paling lantang. Terdiri dari para penyintas kekerasan, profesional muda yang menghargai kerja keras, dan masyarakat yang terinspirasi oleh ketangguhannya.Mereka adalah masyarakat yang selama ini mengikuti perkembangan kegiatan La Belle lama dalam kegiatan-kegiatan charity juga yang menerima manfaat dari donasi dan
Malam itu, kediaman Matteo yang mewah terasa seperti penjara berlapis marmer. Dia mondar-mandir di ruang kerjanya, gelas wiski di tangannya tak lagi membawa kehangatan, hanya menambah getar di ujung jarinya. Telepon di meksa berdering, memecah kesunyian yang mencekik.Suara orang kepercayaan Theodore Fia di seberang sana, berbisik tergesa-gesa, penuh tekanan. "Matteo... ada perkembangan buruk. Naomi... dia hilang."Gelas di tangan Matteo pecah berantakan di lantai, isinya membasahi karpet mahal. Wajahnya yang biasanya tampan, mendadak pucat bagai kain kafan. "Apa? Hilang? Apa maksudmu hilang?" desaknya, suaranya serak."Beberapa orang tak dikenal menyergapnya di parkiran bawah tanah, tepat setelah pertemuannya dengan Theodore. Mereka membawanya pergi. Cepat dan bersih.""Tidak mungkin..." Matteo terisak, tubuhnya limbung. Seluruh strategi, semua rencana licik yang telah mereka rajut berbulan-bulan, runtuh seketika. Naomi. Dia bukan sekadar sekutu. Dialah otak di balik setiap gerakan,
Sementara itu, di balik layar, Cassandra aktif. Dia dengan licik menyusun "bukti" untuk mendukung serangannya:Foto-Foto yang Dimanipulasi: Dia membocorkan foto lama Isabella saat sedang terlihat lesu atau sedih, dikirim ke media dengan caption yang menyudutkan, seperti "Isabella terlihat tidak stabil di sebuah acara amal, sebelum akhirnya pulang lebih cepat."Rekaman Suara Palsu: Sebuah rekaman suara samar yang di-edit diedarkan, di mana suara yang mirip Isabella terdengar berteriak histeris. Rekaman itu pendek dan tidak jelas konteksnya, tetapi cukup untuk menciptakan keraguan."Saksi Ahli" Bayaran: Naomi, melalui koneksi Theodore Fia, menyewa seorang psikolog yang tidak bermoral untuk memberikan pernyataan umum kepada media tentang "betapa umumnya pasien PTSD bisa memiliki memori palsu (false memory) yang terasa sangat nyata."Sebenarnya sangat mudah memecahkan bukti-bukti palsu seperti ini, namun jika langsung dilakukan pembalasan rasanya mereka tidak akan mendapatkan efek jerah.
"Dan aku," timpal Leonardo, "memilih untuk berdiri di sisi Isabella. Bukan sebagai 'pebinor', tapi sebagai pria yang telah menemukan belahan jiwanya dalam cara yang paling tidak terduga. Kami membangun hubungan kami dari puing-puing pengkhianatan, dan kami tidak malu akan itu."Video itu diakhiri dengan mereka berdua berpegangan tangan. "Kami menceritakan ini bukan untuk simpati," kata Isabella tegas. "Tapi sebagai peringatan untuk Matteo dan Naomi, juga siapa pun di belakang mereka. Kami tidak akan lari lagi. Kami akan melawan dengan kebenaran."Tak lama setelah video dirilis, gemparlah media sosial. Benar, ada yang mencibir, menyebut hubungan mereka tidak suci. Tapi jauh lebih banyak suara yang mendukung, terharu dengan kejujuran dan keteguhan mereka.Sementara itu, di sebuah apartemen mewah, Matteo membanting gelasnya ke dinding. "Berani sekali mereka! Mereka pamer!"Naomi yang berdiri di dekat jendela memandangnya dengan dingin. "Tenang, Matteo. Emosi tidak akan menyelesaikan masa
“Matteo!” teriak Isabella keras-keras, membuat Leonardo menoleh dengan cepat.“Ada apa? Kenapa kau sebut namanya?” tanya Leonardo mendekati istrinya.Isabella berdiri dan menarik tangan Leonardo, menuntunnya ke setumpuk dokumen yang membuktikan identitas asli Cassandra sebagai Suzan. Alamat rumah, agensi, hingga klinik operasi plastik—semuanya mengarah ke satu nama: Naomi.“Naomi?” ucap Leonardo, seolah mengais ingatan.“Naomi. Ingat, model teman sekolah kita yang dulu juga selingkuhan Matteo,” Isabella mengingatkan.“Ya… aku ingat, Belle,” gumam Leonardo sambil mengangguk.“Aku yakin dia bekerja sama dengan Matteo. Musuh kita tetaplah dia. Matteo. Dia pasti sangat marah, bukan hanya karena uangnya yang hilang, tapi juga harga dirinya yang tercabik,” jelas Isabella dengan semangat berapi-api.“Belle, Sayang… aku masih belum sepenuhnya paham.”“Suzan adalah sepupu Naomi. Dan kebetulan, Naomi juga sudah lama membenciku karena mengira aku selalu lebih beruntung darinya. Padahal…” Isabell
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments