LOGIN“Jangan, Leo…” rintihnya, tubuhnya bergetar hebat saat jemari Leonardo menyentuh lembut garis rahangnya. Namun, kata-kata itu tidak sejalan dengan gerakan tubuhnya. Isabella merasa bersalah, seolah mengkhianati suaminya—karena diam-diam ia menikmati sentuhan Leonardo. Keberadaan Leonardo di atas ranjangnya, sebagai kakak ipar, berawal dari permintaan suaminya sendiri—yang tak mampu memenuhi tuntutan keluarga untuk memiliki anak. Sejak malam itu, Leonardo merasa nyaman… dan mulai sering membayangkan sentuhan terlarang dari istri adik angkatnya, Isabella.
View MoreIsabella Ricci menatap lembut cincin kawin di jarinya, tiga tahun berlalu sejak ia mengucapkan "Aku mau" pada Matteo Ruzzo. Tapi kebahagiaan pernikahan mereka terusik oleh desakan orang tua Matteo untuk mendapatkan penerus garis keturunan di keluarga Ruzzo.
"Keluarga Ruzzo membutuhkan keturunan!" ucap Tuan Riccardo Ruzzo sang ayah mertua. Yang tidak mereka tahu—Matteo menyimpan rahasia besar. Malam ini seharusnya menjadi malam istimewa - malam perayaan tiga tahun pernikahan mereka yang penuh cinta. Tiga tahun yang seharusnya dirayakan dengan anggur terbaik dan tawa bahagia, dengan kenangan manis yang mereka ciptakan berdua. Tiga tahun yang semestinya menjadi bukti cinta yang semakin matang, dirayakan dalam pelukan hangat dan bisikan mesra. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya merayakan cinta, malam ini justru menjadi pengkhianatan terkejam dalam tiga tahun pernikahan mereka. Anggur yang seharusnya manis berubah menjadi racun, pelukan yang seharusnya hangat berubah menjadi jeratan, dan kamar tidur mereka yang biasanya menjadi tempat bercinta justru berubah menjadi ruang penyiksaan. Isabella meneguk anggur terakhirnya, lidahnya menyentuh aftertaste yang aneh—manis, tapi ada sesuatu yang asing. Perasaan Isabella sudah tidak nyaman dari awal saat Matteo mengatakan akan membuat pesta perayaan anniversary pernikahan mereka yang ketiga di rumah, biasanya cukup dirayakan dengan makan malam di restaurant, berdua. Diakhiri dengan check in di hotel dengan vibe honeymoon. Tidak yakin dengan lidahnya sendiri, Isabella mencoba menenggak tetesan terakhir anggur yang ada di tangannya. Anggur itu terasa aneh di lidah—terlalu manis, terlalu tajam. Isabella mengerutkan kening, Matteo mengamatinya dari balik gelasnya sendiri, jari-jarinya mengetuk bibir kristal dengan ritme gugup. "Kau baik-baik saja, sayang?" suaranya terlalu datar. Kepala Isabella mulai ringan. Ruangan berputar perlahan, suara tamu memudar jadi dengung. Ini tidak normal. Dia mencoba berdiri, tapi lututnya gemetar. Matteo segera menahannya, tangannya mencengkeram terlalu kencang. "Leonardo," bisik Matteo pada seseorang di belakangnya, "Sekarang." Lelaki tinggi dengan mata hijau seperti hutan itu muncul—Leonardo. Isabella mengenalinya, karena dia adalah kakak angkat Matteo. Tapi malam ini, ada sesuatu yang gelap dalam tatapannya. "Jangan sentuh aku—!" Isabella ingin berteriak, tapi suaranya hanya keluar sebagai desahan pendek. Leonardo mengangkatnya dengan mudah, seolah dia hanya boneka kain. "Tenang, Bella," napasnya panas di telinganya, "Kau akan menikmati ini." Dia membawanya ke kamar tidur—kamar yang biasa ia bagi dengan Matteo. Pintu terkunci. Dengan kekuatan yang tersisa dia meronta, Leonardo menurunkan Isabella di sofa. "LARI!" naluri Isabella berteriak. Dengan sisa tenaga, ia mendorong Leonardo. Kakinya seperti dijejali kapas, tapi ia terus berlari. Ia membanting pintu kamar mandi, mengunci—tidak! Kuncinya rusak! Leonardo mendobrak masuk. Isabella mengambil pisau cukur dari wastafel. "Mendekat dan kukiris lehermu!" teriaknya, tapi suaranya pecah. Leonardo menghela napas. "Kau bahkan tidak bisa memegangnya lurus," bisiknya sedih, dengan mudah melucuti pisau itu. Isabella mencoba melawan, tapi obat itu membuat gerakannya lamban, seperti berenang di madu. Ia mengangkat Isabella yang kini lemah seperti boneka kain. Leonardo menidurkannya di kasur, jemarinya menelusuri lekuk tubuhnya dengan familiaritas yang menakutkan. "Matteo—!" Isabella memanggil suaminya, tapi yang terdengar hanya ketukan di jendela—Matteo mengawasi dari balik tirai, wajahnya kosong. Air mata Isabella luruh tanpa perintah, ini hari peringatan pernikahan mereka yang ketiga dan Matteo mengumpankan tubuhnya ke saudara angkatnya. Dia itu lelaki atau binatang?. "Tidak... tidak..." Isabella merintih ketika punggungnya menyentuh kasur karena kulitnya kini terasa jauh lebih sensitif. Kulitnya mungkin terasa lebih sensitif terhadap sentuhan, dan setiap gesekan kain atau embusan angin seolah memperkuat. Sebuah dorongan kuat, hampir primitif, mulai bergelora di dalam dirinya, menarik perhatiannya dari sekitarnya dan memfokuskannya pada sensasi internal yang kini menguasai dirinya. “Jangan, Leo……”rintihnya saat tubuhnya bergetar hebat mendapatkan sentuhan lembut di garis rahangnya oleh jemari Leonardo. Leonardo mengepungnya, kedua tangannya mengurung kepalanya. "Aku janji akan bersikap lembut," bisiknya, tapi matanya gelap. Leonardo membungkuk, bibirnya hampir menyentuh kulitnya. "Dia yang memintaku melakukan ini, Bella. Dia lebih memilih kebohongan daripada kehilanganmu." Air mata panas mengalir di pelipis Isabella. Isabella ingin menolak merontah namun dia merasakan getaran samar di bawah kulitnya, getaran itu dengan cepat berubah menjadi kehangatan yang menjalar, bukan seperti demam, melainkan lebih mirip rasa hangat yang merambat dari dalam, mulai dari perutnya dan perlahan menyebar ke seluruh anggota tubuhnya. Napasnya mulai terasa lebih cepat, dangkal, dan sedikit tersengal, seolah-olah ia baru saja berlari sprint padahal ia hanya duduk diam. Detak jantungnya berpacu, setiap denyutan terasa menumbuk dinding dadanya, lebih keras dan lebih cepat dari biasanya. Ia bisa merasakannya di telinganya, di lehernya, bahkan di ujung jarinya—sebuah ritme yang mendesak, penuh energi. Dan di saat Leonardo mulai mengabsen semua bagian tubuhnya, yang tubuh Isabella rasakan bertolak belakang dengan logikanya. Dia ingin Leonardo memperlakukannya lebih dari itu. ‘Ini pengkhianatan.’ rintihnya. Tapi yang lebih menyakitkan—tubuhnya mulai merespons sentuhan Leonardo.Keesokan harinya, mereka mengadakan pertemuan darurat dengan Luca dan Antonio.Isabella dan Leonardo sudah memiliki kesepakatan bahwa mereka akan saling mendukung apapun nanti hasilnya."Giovanni Rossi?" Luca mencemooh. "Dia akan mengubah 'Radici e Ali' menjadi mall mewah! Kalian berdua benar akan menolaknya.""Tapi kita tetap butuh dana," ingat Antonio yang kini sudah mulai bekerja di divisi keuangan perusahaan Leonardo. "Renovasi gedung di Milan saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit."Isabella tiba-tiba tersenyum. "Aku punya ide. Bagaimana kalau kita tidak mencari satu investor besar, tapi banyak investor kecil?"Bicara soal uang sebenarnya Isabella dan Leonardo tidak kekurangan uang. Mereka bisa membiayai proyek itu sendirian bahkan tanpa campur tangan investasi dari manapun. Hanya saja, dia memiliki pemikiran lain."Seperti crowdfunding?" tanya Leonardo."Lebih dari itu," jelas Isabella. "Kita buat program 'Komunitas Pemilik Impian'. Kita undang seniman lokal, pengrajin, bahka
Ternyata hidup slow living bukanlah gaya Leonardo dan juga Isabella. Mereka masih saja terpikir dengan impian-impian tertundanya.Sudah memiliki LaBelle tapi dia memiliki impian yang lain yang ingin diwujudkan. Jika, orang mengatakan ini adalah ambisi maka Isabella mengatakan ini bukan ambisi ini hanya impian.Impian dan ambisi adalah dua hal yang berbeda,Ambisi akan membuat orang cenderung melakukan segala cara untuk mewujudkannya sedangkan impian adalah sesuatu yang ingin diwujudkan jika memang mampu.Impian dia setelah Labelle adalag Radici e Ali.Pertemuan pertama perencanaan “Radici e Ali” diadakan di perpustakaan villa. Luca dan Antonio hadir sebagai penasihat, sementara Francesco bertindak sebagai penasehat hukum.“Aku rasa ini ide gila yang brilliant!” sahut Luca antusias. “Tapi lokasinya? Menurutku harus di Florence. Jantungnya Renaissance.”“Tidak,” bantah Isabella halus. “Harus di Milan. Ibukota fashion. Di sinilah semua mata tertuju.”“Tapi suasana Tuscan lebih cocok deng
Udara di Tuscan di musim semi mulai hangat, namun mendekati bulan April mulai menghangat Leandro dan Givendra main kejar-kejaran di taman dengan bebas tanpa baju hangat, kulit mereka sampai kemerahan."babies...." teriak Isabella mencakup keduanya. Kadang sangat kesusahan memanggil nama mereka satu persatu.Boca dua tahun itu berlomba mendekati Mamanya yang sudah menunggu di ambang pintu."Mama...apakah ulang tahunku nanti aku dapat kado dari Mama dan Papa?" tanya Givendra sambil membenahi rambut coklatnya yang menutupi separuh wajahnya.Isabella menggandeng tangan keduanya, "tentu, jika kalian menurut dan tidak buat keributan di pernikahan Paman Tony dan Bibi Clara nanti."Setelah peristiwa itu, Isabella sengaja menjodohkan Clara asistennya dengan Tony, setelah dua bulan mereka dekat mereka memutuskan untuk bertunangan kemudian menikah. Semua berjalan dengan sangat cepat."Kita akan pergi ke Milan?" Leandro bertanya lagi."Iya...kalian sudah menanyakan ini lebih dari tiga kali sama M
Dengan refleks yang mengandalkan naluri, Antonio yang baru saja terbebas dari ikatannya mendorong Leonardo dengan sekuat tenaga. DOR! Peluru yang seharusnya menembus dada Leonardo, kini bersarang di pundak Antonio."ANTONIO!" teriak Leonardo, menangkap tubuh sepupunya yang terhuyung.Fokus Leonardo langsung terpecah beberapa detik, semua ini persis janji mereka semasa kecil akan saling menjaga. Luca langsung menembak kaki Lombardi, menjatuhkan pria itu dengan cepat. Polisi segera mengamankan Lombardi yang kini menjerit kesakitan."Leo..." desis Antonio, wajahnya memerah menahan nyeri. "Aku... tebus... kesalahanku..."Ucapan itu tidak lantas membuat Leonardo tenang, akan tetapi membuatnya merasa bersalah. Dalam hubungan saudara perselisihan kerap terjadi asal bisa diselesaikan dengan kepala dingin kenapa harus dengan kekerasan."Jangan bicara," potong Leonardo, menekan luka di pundak Antonio untuk menghentikan pendarahan. "Kau akan baik-baik saja."Isabella bergegas mencari pertolonga






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Ratings
reviewsMore