Semua Bab Bayang-Bayang Yang Terlambat: Bab 11 - Bab 20

Ekspresi wajah Gio tampak agak panik, tapi dia masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri.Bukankah lebih baik kalau Tasya pergi?Kalau mereka bercerai, dia bisa kembali ke sisi Mega dan mereka tak perlu lagi bersembunyi.Namun saat memikirkan itu, Gio justru merasa ragu dalam hatinya.Apakah dia benar-benar masih mencintai Mega?Jika iya, kenapa setelah ayahnya meninggal, dirinya tidak langsung mengungkapkan perasaannya pada Mega? Dia juga bisa saja mengajukan cerai dengan Tasya lebih dulu. Demi Mega, seharusnya dia bisa melakukannya.Namun, yang terlintas di benaknya malah senyuman Tasya, cara Tasya memanggil namanya, kehangatannya saat menemani di rumah dan setiap pelukan hangat yang diberikannya….Dan saat itulah, tiba-tiba Gio menyadari perasaannya.Jangan-jangan, dirinya benar-benar sudah jatuh cinta pada Tasya?“Tidak….” Gio langsung menggeleng, “Aku sama sekali nggak mencintainya. Aku hanya menjadikannya tameng untuk menutupi hubunganku dengan Mega….”Namun, usai mengatakan itu,

Mega langsung panik dan buru-buru turun dari tubuh model pria itu. Dia tergesa-gesa mengenakan kembali pakaiannya, sementara para model pria lainnya juga terlihat cemas dan tak tahu harus berbuat apa.Amarah di mata Gio menyala seperti gunung merapi yang siap meledak. Dia perlahan berjalan mendekati Mega.“Gio… dengarkan penjelasanku….” ujar Mega sambil tersenyum kaku, lalu memeluk pinggang Gio. Tubuhnya bergeser, mencoba menempel padanya. Mega tahu betul Gio hanya punya hasrat pada dirinya. Selama dirinya bisa membujuknya seperti dulu, pria ini pasti akan kembali percaya.“Dia sendiri yang mau bertaruh, ‘kan? Kalau kalah, ya harus terima resikonya. Memang aturannya begitu. Aku benar-benar nggak memaksanya pergi. Percayalah padaku!”Gio mengangkat tangan, mengelus pipi Mega dan menatapnya cukup lama.Mega menikmati sentuhan itu dan langsung menggenggam tangannya. Saat dia mengira Gio akan kembali luluh oleh pesonanya seperti dulu, tiba-tiba tangan pria itu turun ke lehernya dan menceki

Kabar tentang Nyonya Ruben yang tidak menjaga kesetiaan saat masih dalam masa berkabung langsung viral. Bahkan berita lama yang sebelumnya membuat Tasya menanggung kesalahan demi Mega, ikut kembali diungkit dan dibandingkan.Di sebuah ruang VIP, sekelompok anak muda dari kalangan keluarga kaya sedang menonton konferensi pers itu sambil ramai berkomentar,“Jujur saja, putri Keluarga Setio, si Tasya memang fotogenik sekali, terlihat seperti artis.”“Kalau saja Keluarga Setio nggak pindah ke luar negeri, aku pasti sudah mencoba mendekatinya. Cantik dan begitu ceria, siapapun yang menikahinya pasti nggak bakal kesepian seumur hidup.”“Dia ke mana sekarang? Jangan-jangan ikut orang tuanya pindah ke luar negeri?” Seseorang melirik ke arah Gio dan bertanya, “Gio, kamu tahu nggak Keluarga Setio pindah ke mana?”Gio tidak menjawab, hanya diam sambil merokok.Di depannya masih ada segelas alkohol. Di sela-sela menjentikkan abu rokok, dia mengangkat gelas whiskey dan langsung meneguk habis.Yang

Para tamu di dalam ruangan juga mulai berbisik-bisik penuh keterkejutan.“Bukannya itu Pak Gio dari Keluarga Nando? Kok dia bisa ada di sini?”“Bukannya Keluarga Setio dan Keluarga Nando itu musuh bebuyutan? Mustahil Keluarga Setio mengundangnya.”“Lihat saja, wajah Pak Harris langsung memuram.”Gio tak menghiraukan tatapan para tamu. Dia naik ke atas panggung, matanya hanya tertuju pada Tasya. Lalu dengan suara tercekat, dia berkata, “Tasya, aku datang untuk menjemputmu pulang. Ayo, pulanglah denganku.”Seketika, Tasya tercengang dan tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Di kepalanya hanya ada satu pertanyaan, kenapa Gio bisa ada di sini?Bagaimana Gio tahu kalau dirinya datang ke Negara F?Dan barusan dia bilang pulang… jadi maksudnya dia mengejarku sampai ke sini?Tidak! Tidak mungkin! Bukankah seharusnya dia sedang bermesraan dengan Mega sekarang? Dia tak punya alasan untuk datang mencariku.Kepergianku seharusnya adalah berita gembira baginya.Tasya mundur selangkah, secara ref

Gio hanya bisa tertawa pahit. Dia tak percaya dengan ucapan Tasya. Perlahan, dia melangkah mendekatinya. Air hujan yang membasahi tubuhnya menetes ke atas karpet, membuat noda lembap yang gelap, persis seperti suasana hatinya saat ini.“Kamu nggak mungkin nggak mencintaiku,” kata Gio sambil menatap wajah Tasya, berusaha menangkap tanda-tanda bahwa Tasya sedang berbohong, “Kamu sudah mengorbankan begitu banyak untukku. Kamu mengejarku selama enam tahun penuh, mana mungkin bisa tiba-tiba berhenti mencintaiku?”Tasya tersenyum getir. Dia mendongak dan menatapnya, lalu berkata dengan lantang dan jelas, “Gio, jadi kamu juga tahu aku sudah mengorbankan banyak hal untukmu?”Nada bicaranya penuh sindiran, membuat dada Gio serasa diremas kuat, sesak dan menyakitkan.“Justru karena aku tahu kamu sudah berkorban banyak, makanya aku ke sini untuk menjemputmu pulang. Tasya, aku sudah tahu salah. Aku sudah melakukan banyak kesalahan sebelumnya, tapi aku mau berubah. Tolong kasih aku kesempatan lagi