Lahat ng Kabanata ng Pemuas Nafsu Tuan Muda: Kabanata 171 - Kabanata 180

“Apa? Vcs?” Nada membeliak mendengar permintaan Daffa dari seberang layar ponselnya itu. “Kenapa, Sayang? Nggak boleh ya? Aku tuh kangen banget sama kamu loh. Aku udah lama nggak lihat tubuh kamu.” Daffa menghela nafas, terlihat agak kecewa. “Tapi kan kita baru aja ketemu kemarin, Sayang. Masa u

“Mama?” Nada bergumam, bingung melihat Mira masuk ke mobil hitam dengan tenang, seolah tak terjadi apa-apa. “Kenapa mama pergi tanpa bilang apa-apa?” gumamnya lagi. “Daffa, ayo ikuti mama!” serunya. Daffa menoleh, heran. “Kamu nggak jadi masuk kampus?” “Enggak, Daffa. Mama pergi entah ke mana. A

Di kamar rumah sakit yang tenang dan hanya terdengar bunyi detak mesin monitor jantung, Nada duduk bersandar lemah di ranjang putih dengan selimut menutupi kakinya. Wajahnya pucat, tapi matanya tetap menatap layar ponsel milik Daffa yang kini masih ada dalam genggaman tangannya. Pesan dari wanita b

“Sofi, jangan peluk-peluk seperti ini! Lepaskan aku!” bentak Daffa dengan kasar dan tajam. Ia bahkan mencengkeram kedua tangan gadis itu dan menyingkirkannya dengan kasar. Sofi hampir tersungkur hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan. “Awh, Daffa!” seru Sofi, cemberut sambil mengusap siku yang ny

Hari pun mulai menjelma menjadi malam dengan sunyi yang menyelimuti perjalanan pulang. Jalanan ibu kota telah lengang, dan lampu-lampu kota berpendar samar di balik kaca mobil yang melaju stabil. Daffa duduk di kursi pengemudi dengan ekspresi tegang. Di sampingnya, Nada memeluk lutut, dengan pandan