All Chapters of Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami: Chapter 251 - Chapter 260

Raisa cepat menguasai segala hal, termasuk melukis.Karena memiliki kemampuan ruang berpikir yang kuat, Raisa lebih menyukai lukisan tinta yang menonjolkan perluasan ruang atau simetri, mengingatkan dirinya pada rumus matematika.Dia memiliki kecenderungan khusus untuk melukis bambu.Saat kecil, Raisa sering berbuat usil, mencuri karya Prof Bagas. Kini, beberapa karya kakek itu terpajang dalam bingkai di studio lukisnya.Namun, karena saat belajar melukis dia hanya setengah-setengah dan suka mengacau, utamanya karena banyak minat yang membuatnya kurang fokus, Prof Bagas merasa Raisa terlalu liar, tidak konsisten, dan tidak bisa berkembang, lalu memutuskan berhenti mengajarnya.Rian tidak bisa menahan tawa saat melihatnya. "Kau mencuri lukisan-lukisan pria tua itu dan menyembunyikannya selama ini? Kau nggak takut kalau dia datang nagih semuanya?" Ada cukup banyak jumlahnya. Jika dilelang, bahkan bisa cukup untuk membeli superkomputer mininya.Raisa berkata, "Dia paling pura-pura tutup

Rian memiliki tinggi kurang lebih seratus delapan puluh sentimeter, kira-kira sejajar dengan alis Bravi. Bravi berusia dua puluh delapan tahun, hanya delapan tahun lebih tua dari Rian yang baru saja melewati usia dua puluh. Meskipun mendekati usia tiga puluh, dia masih jauh dari usia paruh baya yang sebenarnya.Selain itu, Bravi sebagai CEO perusahaan sangat tampan luar biasa. Dengan struktur wajah yang sempurna, bahkan jika sudah tua pun dia tetap pria yang tampan. Selain itu, Bravi berdiri tegak, fitur wajahnya tajam seolah diukir dengan pisau. Tanpa marah pun, aura kewibawaannya sangat kuat, dengan sikap angkuh dan dingin, sama sekali tidak terkesan licik atau menjijikkan.Rian hanya terlalu waspada terhadap pria-pria mencurigakan yang muncul di depan rumah Raisa sehingga dia menilai Bravi sebagai sosok yang tidak layak dipercaya.Bravi terkejut. Sebagian besar pemuda seperti Rian menunjukkan rasa takut yang besar saat bertemu dengannya. Sedikit yang berani menatap matanya, apalag

Rian terkejut.Tanpa ragu sedikit pun, Rian langsung menyeret Raisa pulang, raut wajahnya bahkan lebih muram daripada wajah Raisa. Dia bertanya, "Kau mau minta maaf sama orang itu? Kenapa?"Raisa tidak menyangka reaksinya begitu besar, wajahnya pun semakin muram. Dia berkata, "Kau menolak sampai begitu, itu artinya kau pasti sudah melakukan hal nggak baik, kan?"Rian menjawab, "Aku nggak ngapa-ngapain."Raisa tidak percaya padanya, dia mengecek rekaman kamera pengawas dengan ponselnya.Wajah Rian membeku seketika. Ingin merebutnya, tapi kemudian berpikir itu tidak akan berguna, dia akan melihatnya juga nanti. Lebih baik mengaku saja, "Aku pikir orang itu nggak baik. Apa salahnya kalau kasih tahu dia pendapatku? Lagian kalian itu tetanggaan, dia kayak laki-laki genit, aku tentu khawatir sama keselamatanmu. Kebetulan aku di sini, aku ini adik laki-laki, cuma bantu kasih peringatan sedikit, emangnya nggak boleh?"Rian semakin merasa kalau ucapannya benar, apa yang dilakukannya tadi sama

Rian benar-benar terkejut setelah mengetahui fakta bahwa Bravi adalah pria bermuka dua sejati! Sejujurnya, Rey juga pria bermuka dua, tapi Rian tidak merasa terganggu. Karena dia adalah teman Kevin, Raisa secara naluriah akan menjauh, jadi Rey tidak akan menimbulkan masalah.Tetapi Bravi berbeda.Raisa sangat menghormatinya, tanpa rasa curiga, seolah-olah sangat memperhatikan perasaannya. Yang perlu Bravi lakukan hanyalah berpura-pura menjadi orang baik, dan Raisa akan percaya bahwa dia benar-benar orang baik. Dan setelah itu, rasa suka pun muncul.Kesadaran itu membuat Rian mendidih.Sialan!Raisa peduli padanya karena dia adalah adik kandung satu-satunya. Tetapi yang bernama Bravi di depannya ini siapa? Bravi bukannya hanya seorang bos? Selain urusan gaji, apa lagi? Raisa begitu peduli padanya, sampai-sampai menyeret Rian untuk meminta maaf. Semakin Rian memikirkannya, semakin marah. Hari ini, dia akan mengakhiri harapan Bravi selamanya.Sejak kecil sampai sekarang, Bravi tidak

Bravi meyakinkan Rian dengan satu tujuan, yaitu berharap agar dia bisa menjadi pendukung, bukan penghalang. Dia berusaha menghindari pertemuan yang tidak nyaman di masa depan, Rian mungkin akan menjaga jarak seolah melindungi diri dari seorang pencuri, dan mencegah Rian berbicara buruk tentangnya di hadapan Raisa. Jadi, sebenarnya Bravi tidak terlalu peduli dengan pendapat Rian.Dari awal hingga akhir, fokusnya hanya tertuju pada Raisa.Saat menyadari hal itu, tatapan Bravi menjadi gelap, sorot matanya hanya memancarkan kedinginan dan acuh tak acuh. Bravi hanya selalu peduli pada orang yang dia sayangi, selain itu, dia tidak akan memberikan kebaikan berlebihan pada orang lain.Rian menatap Bravi, lalu mengepalkan tinjunya.Bravi berbicara dengan sangat jelas dan terbuka, dan itulah tujuan percakapan ini. Dia bertekad untuk mengejar Raisa, sehingga perlu membangun hubungan dengan calon adik iparnya.Rey ingin berinvestasi kepadanya dengan tujuan yang sama, Rian dengan keras menolaknya