Tangannya mencoba meraih tas yang tergeletak di samping sofa, namun sebelum jarinya sempat menyentuh resleting, Nicolas menahan pergelangannya. Sentuhan itu tidak keras, tapi cukup membuatnya sadar. Ia tidak benar-benar punya pilihan.“Nicolas, lepaskan,” suaranya terdengar parau, lebih seperti permohonan daripada perintah.Pria itu menatapnya dengan senyum samar, bukan senyum ramah, melainkan sesuatu yang lebih gelap. “Kau terlalu lemah untuk berdiri, Kanara. Percayalah… ini tempat yang lebih aman daripada di luar.”Otaknya berusaha mencerna kata-kata itu, tapi ada sesuatu yang tidak selaras, kata “aman” terdengar seperti ejekan.Kanara memutar pandangan, mencari sesuatu—apa pun—yang bisa dijadikan alasan untuk melarikan diri. Lampu kecil di sudut meja, botol air, bahkan asbak kaca. Tapi tangannya lemas, seperti boneka kain yang sendinya longgar.Detik demi detik terasa panjang, degup jantungnya semakin keras hingga menenggelamkan suara-suara lain. Ia mencoba bicara lagi, meski lidah
Huling Na-update : 2025-08-18 Magbasa pa