‘Sudah mau cerai, Indra masih belain?’Lukman mencibir, silangkan kaki. “Kalau dia mau cerai, ya biarkan saja. Lagipula, dia memang nggak pantas buat kamu. Malah bagus, sekalian bisa singkirkan lintah yang selalu nempel di belakangmu itu.”Indra diam. Lihat Indra nggak kasih respons, Lukman terkejut. “Jangan bilang, kamu nggak mau?”Indra letakkan gelas di tangannya, ambil sebatang rokok, lalu nyalakan itu. “Aku nggak pernah pikir untuk cerai.”Ucapan itu berat, penuh kepastian. Di Keluarga Wijaya, perceraian bukanlah pilihan dan itu bukan sekadar kata-kata kosong. Lukman mengangkat alis. “Jangan bilang kamu beneran suka dia?”Indra menjawab, tapi bukan yang Lukman harapkan. “Sebagai Nyonya Wijaya, dia sangat cocok. Nenek juga sangat suka dia.”Tentang cinta? Bagi Indra, itu nggak penting. Yang penting cocok. Lukman tanya lagi dengan penasaran, “Kalau gitu, kenapa dia ingin cerai?”Wira yang sejak tadi diam, akhirnya buka suara. “Alasan seorang wanita ingin cerai, selain karena ngga
Baca selengkapnya