Semua ini memang salahnya sendiri, buah pahit yang harus ia telan karena ulahnya sendiri. Puspa menunduk, bahunya merosot, suaranya pun terdengar rapuh. “Aku harus gimana, supaya kamu mau ceraikan aku?”Indra menatapnya dalam, kata-katanya tegas tanpa celah. “Kasih aku seorang anak.”Puspa terdiam beberapa detik, lalu berkata dengan nada mengejek, “Indra, asal kamu gerakkan satu jari saja, ada banyak perempuan di luar sana, lebih cantik, lebih pintar dari aku yang rela lahirkan anak untukmu.”Indra menanggapi dengan tenang, “Sayangnya, aku ini orang yang susah lepaskan masa lalu.”Orang yang susah lepaskan masa lalu? Puspa nyaris tertawa. Nggak, ia bukan nggak bisa lepaskan masa lalu, hanya saja ia nggak terbiasa dengan sesuatu yang pernah ia genggam tiba-tiba berkata nggak. Hatinya mendadak terasa hampa, lemah. Tiba-tiba, HP-nya berdering. Nama yang terpampang di layar, Wilson. Ia teringat ucapan ibunya Wilson. Puspa sempat ragu, namun pikirnya, meski setelah ini mereka nggak ket
Read more