Malamnya setelah pasar tutup, mereka bertiga duduk di ruang depan rumah kecil itu. TV menyala kecil, menampilkan acara komedi lawas. Bu Susi masih menjahit, lalu ke belakang sebentar menjemur tas belanja untuk dipakai besok, sementara Pak Tejo merokok tipis-tipis di depan pintu sambil memijat lututnya yang sudah sering ngilu. Doni mematikan televisi pelan. “Pak, Bu… saya mau bicara sesuatu.” Keduanya menoleh bersamaan. “Lho, kok serius sekali, Mas?” tanya Bu Susi sambil menyimpan kain. Doni menarik napas panjang. “Saya… ada satu permintaan besar.” Hening beberapa detik. Bahunya tegang, namun ia tetap melanjutkan, “Saya mau melamar seorang perempuan, Pak, Bu. Dan saya ingin Pak Tejo sama Bu Susi yang datang sebagai perwakilan keluarga saya.” Pak Tejo langsung menggeleng. “Aduh, Mas Doni… jangan begitu. Sampeyan itu masih punya ayah. Kami ini apa? Cuma orang kecil yang dulu numpang hidup dari gaji orang tua sampeyan.” Bu Susi ikut menyahut, suara lembut namun berat,
Terakhir Diperbarui : 2025-11-28 Baca selengkapnya