Keheningan yang sedari tadi menggantung di udara akhirnya pecah saat Cahya kembali membuka mulut. Suaranya tenang, sopan, masih menjaga wibawa sebagaimana seorang keturunan keluarga Sudiro seharusnya bersikap.“Yang Mulia, jika tidak ada hal yang perlu—”Namun Gara memotong cepat. Sangat cepat. Nadanya dingin, tajam, dan mengiris seperti bilah tipis yang terasah sempurna.“Bukankah terlihat jelas hal apa yang perlu diurus, Tuan Muda Sudiro?”Cahya berhenti bicara. Rahangnya mengeras sepersekian detik, namun ia segera menunduk memberi hormat. Aileen yang berdiri di belakangnya sontak memucat lagi, bahunya merosot, dan ia pun langsung menundukkan kepala lebih dalam, takut suara napasnya saja akan dianggap tidak sopan.Dalia menatap Gara sekilas, tetapi ia diam. Ia tahu ini memang wilayah Gara—urusan keamanan, penyusupan, dan identitas palsu. Di hadapan hukum, tunangannya memang tidak suka orang bermain-main.Gara berbicara lagi, matanya tajam seperti obsidian dingin.“Masuk ke Ibu Ko
Última actualización : 2025-11-22 Leer más