Hujan deras mengguyur malam itu, menambah beban langkah Raisa, Revan, Aruna, dan Bima yang berlari menembus lorong gelap. Nafas mereka tersengal, suara sirene mobil patroli bergema di kejauhan, bercampur dengan dentuman sepatu para pengejar.Raisa menggenggam erat tas berisi Orion File. Jantungnya berdegup cepat, bukan hanya karena berlari, melainkan juga karena rasa takut yang kian mencengkeram. File ini… satu-satunya kunci yang bisa membongkar jaringan korupsi sekaligus pengkhianatan di dalam tubuh kejaksaan.“Cepat, ke kiri!” teriak Aruna sambil menarik tangan Bima.Revan, meski masih lemah, menahan sakit di dadanya. Tubuhnya belum sepenuhnya pulih, tapi tekadnya untuk melindungi Raisa membuatnya terus memaksa diri. Raisa sempat ingin memeganginya, tapi Revan menggeleng.“Aku bisa,” desis Revan, wajahnya pucat namun matanya menyala penuh tekad.Mereka berbelok ke gang sempit. Dinding beton yang lembab mengelilingi, sementara suara langkah musuh semakin dekat.“Ke mana kita sekarang
Terakhir Diperbarui : 2025-09-22 Baca selengkapnya