Calla telah kembali berada di ruang kerjanya. Ruangan itu tidak berubah. Masih berisi meja kayu elegan, kursi kerja yang empuk, tumpukan dokumen yang menunggu untuk diselesaikan, serta aroma kopi ringan yang masih tersisa dari pagi hari tadi. Namun bagi Calla, semuanya kini terasa berbeda. Ia menutup pintu dengan hati-hati, lalu menyandarkan punggungnya pada permukaan kayu pintu itu. Nafasnya teratur, tetapi dadanya bergemuruh dan bergejolak. 'Astaga… aku benar-benar sudah menjadi milik Dylan seutuhnya.' Pipinya memanas, dan tanpa sadar ia menepuk-nepuk kedua sisi wajahnya pelan. “Calla, sadar! Kamu di kantor, bukan di kamar pribadinya lagi.” Meski begitu, ingatan tentang tubuh Dylan yang melingkupi dirinya semalam membuat senyum tipis tak bisa ia sembunyikan. Ia segera menggeleng, memaksa dirinya untuk kembali fokus. “Profesional. Aku harus profesional,” gumamnya. Ia menyalakan laptop, membuka email dari divisi keuangan, lalu menyibukkan diri dengan tumpukan lapora
Terakhir Diperbarui : 2025-09-14 Baca selengkapnya