Pagi itu, rumah terasa lebih sunyi dari biasanya. Udara lembap masih tertinggal dari hujan semalam. Di dapur, aroma kopi perlahan memenuhi udara, berpadu dengan bunyi halus sendok yang beradu dengan cangkir. Ayla berdiri di depan jendela, memandangi taman kecil di belakang rumah yang masih basah. Daun-daun berkilau oleh sisa embun, dan di kaca, pantulan wajahnya tampak sayu tapi tenang seperti seseorang yang baru saja bertarung dengan dirinya sendiri.Langkah kaki pelan terdengar dari arah koridor. Nayaka muncul, masih mengenakan kaus abu dan celana panjang hitam. Rambutnya sedikit berantakan, matanya redup, tapi ada kehangatan di balik tatapan itu. Sejenak, keduanya hanya saling menatap tanpa kata. Sunyi di antara mereka seperti memiliki makna sendiri.“Pagi,” ucap Nayaka akhirnya, suaranya pelan tapi lembut.“Pagi,” jawab Ayla, tanpa menoleh sepenuhnya. “Kopinya sudah siap. Aku buat dua.”Nayaka mendekat, mengambil cangkir yang satunya. Ia menatap uap yang naik dari permukaan kopi,
Terakhir Diperbarui : 2025-10-27 Baca selengkapnya