Pagi itu udara terasa sedikit pengap, meskipun matahari belum tinggi. Yasa duduk di kursi kerja di ruang tengah, laptop terbuka di depannya, namun matanya tidak fokus pada layar. Nada dering telepon dari meja kecil di dekatnya berulang kali berbunyi, memecah kesunyian rumah. Nama yang muncul di layar membuat alisnya mengernyit, Mami.Dengan enggan, ia mengangkat telepon. “Iya, Mi?”Di ujung sana, suara Herlina terdengar tegas dan tanpa basa-basi, seperti biasanya. “Yasa, Mami sudah bicara baik-baik sebelumnya. Kamu tidak bisa terus seperti ini. Umurmu sudah cukup, pekerjaanmu sudah mapan, apa lagi yang kamu cari? masa kamu mau sendiri terus?”Yasa menarik napas panjang, menatap kosong ke arah jendela. “Mi, aku sudah bilang, aku belum siap menikah.”“Belum siap atau memang kamu tidak mau? Mami tidak habis pikir, semua temanmu sudah berkeluarga. Lihat sepupumu yang lain, mereka sudah punya pasangan, sudah berencana membangun rumah tangga. Kamu kapan?”“Mi, jangan mulai lagi. Aku sibuk.
Terakhir Diperbarui : 2025-08-31 Baca selengkapnya