All Chapters of Cinta Dalam Keheningan: Chapter 11 - Chapter 20

Bisnis lapak kecil Aria semakin hari semakin ramai. Karena parasnya cantik, sikapnya ramah, dan masakannya enak, banyak mahasiswa yang dengan sukarela membantu mempromosikannya di internet.Namun, kesuksesan Aria justru membuat pemilik rumah makan tempatnya bekerja menjadi iri. Mereka tak suka melihat Aria menghasilkan lebih banyak uang dari mereka sendiri.Hari ini saat Aria sedang mengelap meja, di toko hanya ada dirinya dan si pemilik rumah makan.Tiba-tiba, si pemilik datang dan mendorong Aria masuk ke ruang belakang. Ruang belakang itu sempit, gelap, penuh dengan barang-barang tak terpakai, bahkan ada ranjang tingkat bekas yang katanya diambil dari lokasi proyek bangunan sebelah.Tanpa aba-aba, pemilik itu langsung menubruk Aria dan menjatuhkannya ke kasur bawah. Aria terkejut dan menjerit panik, meskipun suaranya hanya tertahan di tenggorokan. Dia mengangkat kedua tangan dan berusaha sekuat tenaga mendorong pria itu menjauh.Pemilik itu merasa geram. Dia memaki, "Dasar bisu siala

Sejak Aria membuka bisnis sendiri, Rafa langsung mengundurkan diri dari rumah makan tempatnya bekerja dan khusus datang untuk membantunya.Mereka memang tidak bisa menjadi sepasang kekasih, tetapi sebagai teman, mereka sangat cocok untuk bekerja sama.Hari itu cuacanya cerah. Aria dan Rafa sedang sibuk di dalam restoran, ketika tiba-tiba terdengar suara bisik-bisik di depan pintu.Beberapa mahasiswa berkumpul, tampak sedang melihat sesuatu. Aria merasa heran. Dia lantas mengintip dari dapur terbuka. Hanya dengan sekali lihat, wajahnya langsung pucat pasi.Sebuah mobil hitam Porsche Panamera yang sangat dia kenal terparkir di depan toko. Saat pintunya terbuka, seorang pria tinggi dan tampan turun dari dalam.Ian melepaskan kacamata hitamnya dan melemparkannya ke dalam mobil. Dia merapikan setelan jas buatan desainer, lalu perlahan menengadah menatap papan nama restoran di hadapannya."Restoran Ariel," gumam Ian pelan. "Pakai nama adiknya ya ...."Dia tahu bahwa kepergian Ariel adalah lu

Ian merasa pipinya seperti habis ditampar. Kadang panas, kadang dingin, perih sekali. Dia ingin bilang bahwa dia juga bisa belajar, tetapi langsung sadar ini bukan soal bisa atau tidak bisa belajar. ini soal sikap. Kalau dia memang punya niat, seharusnya dia sudah belajar dari setengah tahun lalu.Ian sadar dia memang bersalah. Meskipun tak rela, dia mengambil sapu dan pengki, pura-pura sibuk demi menunjukkan eksistensi.Aria malas mengomentari, langsung mengikuti Rafa untuk menyiapkan bahan makanan sebelum jam makan siang.Belum juga waktu makan, seorang tamu tak diundang muncul di depan toko. Letty datang dengan pakaian bermerek dari ujung kepala sampai kaki, sepatu hak tingginya mengetuk lantai keras-keras saat melangkah masuk.Dia melirik Aria dengan tatapan merendahkan, tetapi belum sempat cari masalah, dia sudah lebih dulu berlari ke arah Ian.Sejak hari itu dia bertengkar dengan Ian, semua kartu kreditnya langsung diblokir. Dia berharap bisa hidup bergantung pada Keluarga Kurnia

Ian menelan kepahitan di tenggorokannya, lalu perlahan menyahut, "Kamu salah paham. Aku nggak sejahat itu. Tapi tenang saja, aku bakal bantu kamu cari tahu siapa pelakunya."Aria tidak memberikan reaksi apa pun. Dia memang sudah tidak punya kepercayaan sedikit pun pada Ian. Setelah sekian lama Ian terus mengganggunya, bukan tak mungkin pria itu sengaja menjebaknya supaya restorannya tutup dan kembali bersamanya.Bagaimanapun, Ian memang tipe orang yang tidak sungkan memakai cara apa pun demi mencapai tujuannya.Tidak ada gunanya berbasa-basi. Aria bangkit dan kembali ke dapur untuk membantu Rafa bekerja, sementara Ian mulai menghubungi orang-orangnya untuk menyelidiki.Meskipun tempat ini bukan wilayah kekuasaan Ian, jaringannya luas. Menyuruh orang menyelidiki sesuatu bukan perkara sulit baginya.Hari kedua setelah restoran ditutup, sebelum dinas kesehatan mengumumkan hasil penyelidikan, Ian sudah datang membawa laporan hasil investigasi.Siapa sangka, dalang dari semua kekacauan ini

Aria mengalami luka yang cukup parah akibat pukulan itu, tetapi untungnya tidak ada yang fatal. Selama dia beristirahat dan merawat diri dengan baik, kondisinya bisa pulih.Sejak kejadian itu, Ian menjadi jauh lebih serius dalam menjaga keselamatan Aria. Dia bukan hanya menugaskan beberapa pengawal untuk secara diam-diam melindungi Aria, tetapi juga hampir setiap hari berjaga di sekitar Restoran Ariel, khawatir akan terjadi sesuatu lagi.Aria sudah mencoba membujuknya agar tidak perlu serepot itu. Namun, Ian seolah-olah menjadi terobsesi dengan keselamatannya. Apa pun yang Aria katakan, dia tetap keras kepala. Akhirnya, Aria pun malas berdebat lagi dan membiarkannya sesuka hati.Setelah Letty ditangkap, Ian terus berkoordinasi dengan pengacara untuk mengikuti perkembangan kasusnya. Dia berjanji pada Aria, "Aku pasti akan memastikan Letty membayar harga paling mahal atas semua yang dia lakukan."Aria hanya bisa menghela napas. Dia tahu Ian pasti merasa bersalah padanya. Namun, masalahny