Orang yang benar-benar ingin pergi hanya akan memilih suatu pagi yang biasa saja, mengenakan mantel, membuka pintu, lalu pergi dan tak akan kembali lagi.Seperti sehelai daun kering yang terbawa angin.Tak perlu ada perpisahan, bahkan kata ‘selamat tinggal’ pun terasa sia-sia.Rikardo menutup wajahnya, lalu menangis tersedu-sedu.Seharusnya dia menyadarinya lebih awal.Padahal dia sudah punya firasat, sejak melihat Cheryl membakar semua foto mereka.Hari itu, meski duduk di halaman seperti biasanya, mata Cheryl terlihat kosong dan tidak ada sedikit pun cahaya.Seandainya saat itu dia bisa bicara baik-baik dengannya, mungkin semua ini tidak akan berakhir seperti sekarang.Tidak! Atau mungkin sejak dia membantu keluarganya menekan Cheryl untuk menyerahkan paten temuannya, saat itulah hati Cheryl sudah mati.Keputusasaan yang lahir dari kekecewaan demi kekecewaan.“Nggak boleh, aku harus membawanya pulang.”Tiba-tiba, Rikardo bangkit berdiri, bayangan dirinya tampak terpuruk terpantul di
Magbasa pa