“CEO Salim cuma bisa nyakitin perempuan, Gis. Semua orang yang kenal dia sudah tahu. Dia cuma jadikan kamu mainan sesaat, setelah bosan bakal dia buang. Aku punya buktinya.”Informasi klise. Seperti dalam novel-novel romansa yang dibacanya, Gista mendengar kalimat berulang itu. Jadi, dia hanya mengedikkan bahu dan berkata tenang.“Masalahku adalah urusan pribadiku, Kak Arvin. Trims karena udah ngasih tahu.” Gista menatap Arvin. “Terkadang apa yang orang lihat belum tentu yang terjadi sebenarnya, Kak.”Arvin menggeleng-geleng. “Aku cuma pengen lindungi kamu dari patah hati.”“Aku nggak perlu dilindungi, Kak.” Gista beranjak. Di ambang pintu pantri, dia berhenti sejenak. “Oh, soal bukti itu, aku nggak peduli. Itu kehidupan pribadi Pak Akash. Aku nggak berhak mencampuri.”Obrolannya dengan Arvin sudah selesai sejak berjam-jam lalu. Sekarang Gista sedang duduk nyaman di sofa ruang tengahnya. Di luar hujan deras. Malam beranjak tinggi. Sepi mencekam, tetapi tidak dengan pikiran Gista yang
Last Updated : 2025-08-22 Read more