Dia menyeringai seolah bisa melihat menembus diriku, membuka topeng ketidakpedulianku dengan tatapan penuh arti dan menatap langsung ke dalam ketidaknyamananku. "Seharusnya kau tahu lebih baik daripada siapa pun. itu tidak menghentikanku di masa lalu."Aku ingat rasa sakit yang tajam dan membakar dari pedangnya seperti baru kemarin. Dia bisa saja menghabisiku berkali-kali. Tebasan di tenggorokan atau tusukan di dada mungkin bisa berhasil, tetapi kegemaran Philip akan gaya dan tontonan menghalangi niatnya. Aku ragu aku masih hidup kalau bukan karena kesombongannya."Oh, jangan khawatir. Aku tidak menyakiti mereka," aku Philip berpura-pura simpati, dan lututku gemetar karena lega, yang pasti terpancar di wajahku, karena Philip tak ragu meredamnya. "Meskipun, sejujurnya, pikiran itu sudah terlintas di benakku lebih dari sekali. Leroy tidak sebaik dulu. Dia sok baik dan sok suci akhir-akhir ini, terlalu baik untuk menemaniku. Percayakah kau? Sekarang, adiknya..." Dia bersi
Last Updated : 2025-10-18 Read more