POV Matilda Indie menatap seberkas cahaya bulan purnama yang mengintip di antara kanopi pepohonan cemara, wajahnya bercahaya di bawah cahaya api unggun."Sampai beberapa minggu yang lalu, itu hanyalah mimpi.""Pahamilah, mimpimu adalah mimpi burukku," gumamku."Bukan pertumpahan darah yang menarikku ke sana," katanya, membaca pikiranku. "Sampai hari ini, aku telah menghunus pedangku tanpa setetes pun darah, dan masih saja, aku tenggelam dalam sensasinya, seolah-olah pedang dan aku adalah satu dan sama."Meskipun kami berbeda, aku mengerti persis apa yang dirasakannya. Sebelum aku datang ke Kievan, aku akan menyebut musik sebagai panggilan jiwaku. Aku akan terhanyut dalam sensasi piano, sensasi jemariku membentur tuts-tutsnya. Namun keindahannya tak lagi menyentuh jiwaku seperti dulu. Tak ada yang menyentuh. Tak lagi."Kalau begitu, kau tak perlu takut," kataku.Ia memikirkannya sejenak, melirik
Última atualização : 2025-11-15 Ler mais