All Chapters of Dear Mantan Suami : Chapter 31 - Chapter 40

Indira menerima surat panggilan dari pengadilan. Dia sudah siap untuk berhadapan dengan Ilham di pengadilan. Dia pikir proses perceraiannya dengan Ilham akan menjadi alot dan panjang. Namun, kenyataan yang terjadi, Ilham memudahkan proses perceraian mereka. Hanya dalam satu bulan saja pria itu sudah mengucap ikrar talak pada Indira. Hak asuh Kenzi pun diberikan pada Indira.Indira merasa lega karena statusnya sudah resmi bercerai dengan Ilham. Dia pikir lebih baik bercerai daripada menjadi istri Ilham, tetapi status hubungan mereka tidak jelas. Dia juga tidak mau lagi berada di bawah bayang-bayang Ilham. Setelah keluar dari pengadilan, Ilham mengajak Indira ke mobilnya. “Saya mau menyampaikan sesuatu buat kamu perihal Kenzi. Tentang sekolahnya dan biaya hidupnya.” Indira mengangguk lalu mengikuti Ilham ke mobilnya. Indira pun masuk ke mobil mantan suaminya itu. “Walaupun kita sudah berpisah, saya harap Kenzi tidak tahu tentang apa pun yang

Indira dan Kenzi turun dari mobil untuk menemani Ilham makan malam di restoran itu. Mereka masuk bersamaan lalu duduk di salah satu meja yang ada di sana. Ilham memesan makanan setelah bertanya pada Indira. Untuk makanan Kenzi, dia sudah tahu menu favorit anaknya. Tak lama kemudian, pesanan mereka dihidangkan di meja. Indira makan dalam diam sambil membantu Kenzi makan. Dia tidak tahu harus bicara apa dengan Ilham. Perempuan itu khawatir nanti pembicaraan mereka semakin merusak mood Ilham saja. Pria itu pun juga makan dalam diam. Ada yang ingin dia tanyakan pada Indira, tetapi dia malas membahasnya. Apalagi di sana ada Kenzi. Sebenarnya, Ilham sudah tidak nafsu makan dan rasa makanan malam itu di lidahnya hambar, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk makan agar tidak jatuh sakit.Selesai makan malam, mereka kembali ke mobil. Di dalam mobil, Ilham meminta izin pada Indira. “Saya boleh ke ruko kamu setiap pulang kerja buat ketemu sama Kenzi kan,

Dedi masih menemani Ilham yang tertidur di ruang tengah rumah Indira. Linda sudah tertidur di kamarnya, sementara itu indra dan Kenzi pun sama-sama sudah tertidur di kamar. Besoknya, Indira bangun jam empat pagi, dia lihat Ilham sudah tidak ada lagi di ruang tengah rumah. Perempuan itu bergegas turun ke lantai bawah untuk memeriksa pintu ruko. Di meja ada kunci dan sebuah kertas yang berisi pesan dari Dedi. Ibu, Tuan Ilham tadi bangun jam tiga pagi, terus langsung saya antar ke rumah. Kuncinya saya letakkan sesuai pesan Ibu. Maaf karena sudah merepotkan. Terima kasih Ibu Dira. Dira meletakkan kertas yang sudah dia baca itu. Perempuan itu mendekati pintu yang ternyata memang tidak dikunci oleh Dedi. Indira akhirnya bisa bernapas lega karena Ilham sudah diantar pulang ke rumah. Indira lalu bersiap di dapur. Melakukan apa yang bisa dia lakukan di sana seperti memeriksa menu dan bahan yang ada. Dia juga sudah men

Ilham terkejut mendengar pertanyaan Yanti. Apakah dari yang terlihat dia masih mengharap Indira kembali menjadi istrinya? Jawabannya tentu saja ya. Kini, sosok istri terbaik yang diinginkan Ilham semua ada pada Indira. Seorang perempuan mandiri yang tidak pernah lupa akan kodratnya sebagai seorang ibu yang fokus mengurus anak sambil mengurus bisnis catering yang dia bangun bersama dengan Linda. Sebagai istri pun Ilham sudah tahu Indira luar dalam. Sudah pasti perempuan itu akan memperhatikannya jika dia menjadi istrinya Ilham lagi. Namun, Ilham tidak mau terlalu memperlihatkan itu pada Yanti. “Saya? Enggak, Bu. Saya masih bertanggung jawab pada Kenzi. Ya karena Kenzi bersama Dira otomatis kan saya jadi bersama dengan Dira, bukan begitu, Bu?” Ilham berusaha mencari pembenaran atas apa yang dia lakukan. Yanti sudah tahu akal bulus Ilham pada Inidra, tetapi perempuan paruh baya itu tidak perlu khawatir lagi pada Indira karena dia yakin anak perempuannya tidak akan semudah itu menerima

“Mas Renal serius jatuh cinta sama saya? Duh, gimana ya?” Renal tahu Indira sedang bingung dengan pernyataannya yang tiba-tiba itu. “Kenapa? Apa aku enggak boleh jatuh cinta sama kamu, Dira?”“Bukan itu sih, Mas.” Indira bingung harus mengatakan apa.“Kamu enggak ada perasaan apa-apa sama saya?” “Aku kira kita bisa berteman dengan baik. Dengan alasan pekerjaan, tanpa harus melibatkan perasaan apa pun di antara kita, Mas.” “Kamu masih cinta sama mantan suamimu, ya?” Renal pikir Indira belum move on dari Ilham. “Intinya sih, saya enggak ada perasaan apa pun sama Mas Renal.” “Bukan enggak, Dira, tapi belum. Gimana kalau kita coba jalan dulu? Kita jalan bareng siapa tahu kamu nanti ada perasaan sama saya, hm?” Indira jelas tidak mau memulai hubungan apa pun dengan pria saat ini. Mau itu Renal ataupun Ilham. “Kenapa harus aku sih, Mas? Aku ini janda anak sa