Damar berdiri mematung di dasar tangga, kata-kata Diana tentang 'muak' menusuknya lebih dalam daripada tuduhan perselingkuhan. Ia melihat Sagara yang kini menangis kecil karena suasana tegang di rumah. Ia tahu, jika ia pergi sekarang, ia akan kehilangan Diana untuk selamanya. Beasiswa, jabatan profesor, semuanya terasa hampa tanpa istrinya di sisinya. Dengan tangan gemetar, Damar mengambil ponsel dari saku celana. Ia membuka kontak Profesor Bima, menarik napas panjang, dan menekan tombol panggil. "Halo, Prof," ucap Damar, suaranya parau namun tegas. "Saya tidak jadi pergi hari ini ... jadi, maafkan saya, Prof. Saya tidak bisa." "Damar, apa lagi yang jadi alasan?" Suara Profesor Bima langsung meninggi, penuh kemarahan. Damar memilih kebohongan yang paling tidak bisa dibantah. "Kali ini, putra saya demam tinggi, Prof. Saya tidak bisa meninggalkan keluarga dalam kondisi seperti ini." "Ya ampun! Jadi, kamu merelakan kesempatan ini?" tanya Profesor Bima, suaranya berubah dingin dan
Last Updated : 2025-10-15 Read more