Kesabaranku… hanya dibalas dengan ejekan dingin Elvano.“Aruna, hentikan sandiwara menyedihkanmu itu! Luka kecil begitu bukan masalah besar, kamu sendiri tahu, ‘kan!”Begitu kata-kata itu terucap, dia menarikku dengan kasar, lalu melemparkan tubuhku ke lantai, tanpa peduli pada belati yang masih menancap di perutku.Rasa sobekan di perutku membuatku meraung kesakitan. Darah mengalir deras, meresap ke kain pakaianku, sekaligus merenggut paksa janin kecilku yang tak berdosa.Sementara aku berlumuran darah, dia justru dengan lembut menggendong adik juniornya, Maira Safira, lalu meletakkannya di atas brankar.“Maira, jangan takut. Ada aku di sini. Kamu pasti baik-baik saja.”Padahal hanya ada goresan tipis di lengannya, tapi Maira menangis seolah dunia runtuh.“Sakit banget, Kak Elvan. Kalau sampai kena saraf, terus aku nggak bisa lagi pegang pisau bedah… aku harus gimana?”Elvano menatapnya penuh iba, suaranya lembut.“Bodoh… jangan khawatir, aku sendiri yang akan merawatmu. Aku juga aka
Read more