Share

Cinta yang Telah Menjadi Masa Lalu
Cinta yang Telah Menjadi Masa Lalu
Author: Honta

Bab 1

Author: Honta
Kesabaranku… hanya dibalas dengan ejekan dingin Elvano.

“Aruna, hentikan sandiwara menyedihkanmu itu! Luka kecil begitu bukan masalah besar, kamu sendiri tahu, ‘kan!”

Begitu kata-kata itu terucap, dia menarikku dengan kasar, lalu melemparkan tubuhku ke lantai, tanpa peduli pada belati yang masih menancap di perutku.

Rasa sobekan di perutku membuatku meraung kesakitan. Darah mengalir deras, meresap ke kain pakaianku, sekaligus merenggut paksa janin kecilku yang tak berdosa.

Sementara aku berlumuran darah, dia justru dengan lembut menggendong adik juniornya, Maira Safira, lalu meletakkannya di atas brankar.

“Maira, jangan takut. Ada aku di sini. Kamu pasti baik-baik saja.”

Padahal hanya ada goresan tipis di lengannya, tapi Maira menangis seolah dunia runtuh.

“Sakit banget, Kak Elvan. Kalau sampai kena saraf, terus aku nggak bisa lagi pegang pisau bedah… aku harus gimana?”

Elvano menatapnya penuh iba, suaranya lembut.

“Bodoh… jangan khawatir, aku sendiri yang akan merawatmu. Aku juga akan pastikan orang yang melukaimu mendekam di penjara!”

Wakil direktur rumah sakit yang berdiri di dekatnya tampak mengerutkan kening.

“Pak Direktur, istri Anda sedang hamil! Luka itu sangat dalam. Kalau nggak segera ditangani, nyawa istri dan anak Anda nggak akan tertolong!”

Namun, yang kudapat hanyalah tatapan jijik dari Elvano.

“Itu semua cuma sandiwara. Pasti dia menaruh kapas dan kantong darah di perutnya. Dia pasti sudah bersekongkol dengan perusuh itu untuk menipuku! Aku nggak akan tertipu!”

Dokter-dokter lain terdiam, tercengang sekaligus marah. Bagaimana mungkin kata-kata itu keluar dari mulut seorang direktur rumah sakit?

Dan lebih menyakitkan lagi… dia adalah suamiku, yang sudah tujuh tahun menikahiku.

Elvano mengejek dengan senyum sinis, lalu menendang perutku dengan keras dua kali.

“Kamu memang licik, Aruna! Sampai-sampai semua dokter di rumah sakit ini membelamu. Wanita kampung sepertimu memang berhati busuk! Demi merebut perhatian, kamu sampai melakukan hal sekotor ini. Seharusnya dulu aku nggak perlu menuruti nenek untuk menikahimu!”

Mendengar semua itu, aku tanpa sadar menoleh ke Maira yang terbaring di brankar. Tak salah lagi, matanya memancarkan kilasan kepuasan.

Aku masih ingat jelas… saat pisau tajam itu mengarah padaku, dia berbisik lirih, “Aruna, mau taruhan? Di hati Kak Elvan cuma ada aku. Meski kamu mati di depannya, dia nggak akan goyah sedikit pun.”

Dan nyatanya, Elvano benar-benar mempercayai tipu daya Maira.

Wakil direktur sudah tak tahan lagi, kembali ingin membelaku. Tapi aku menggeleng lemah, menghentikannya.

“Sudahlah… selamatkan dia saja.”

Aku menopang perutku yang sakit luar biasa, berusaha bangkit dan meninggalkan ruangan. Namun, begitu mengangkat kaki, rasa sakit menghantam hingga aku terjatuh berlutut lagi. Aku menggigit bibir menahan derita, perlahan-lahan merangkak keluar ICU, langkah demi langkah, meninggalkan jejak darah panjang di lantai.

Dari belakang, suara dingin Elvano terdengar menusuk telinga.

“Berhenti berakting, Aruna! Pulang sana, ganti pakaianmu, lalu kembali ke sini untuk meminta maaf pada Maira. Dia terluka karena ulahmu!”

Dulu, setiap kali dia salah paham dan lebih percaya pada Maira, aku pasti mati-matian membela diri.

Tapi kali ini… tidak lagi.

Di ambang pintu, tubuhku nyaris tak kuat menopang. Aku sempat menoleh sekali… yang kulihat hanyalah tangan Elvano dan Maira yang saling menggenggam erat.

Dengan tangan gemetar, aku melepas cincin kawin dari jariku, lalu melemparkannya ke dalam tong sampah.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Telah Menjadi Masa Lalu   Bab 9

    Mendengar semua itu, aku merasa lega.Maira… dia bukan hanya mencelakai nenek, tapi juga membunuh anakku. Bahkan menyeret dua pasien tak berdosa ke liang lahat.Empat nyawa!Seandainya dia mati seribu kali pun, rasanya takkan cukup untuk menebus semua dosa itu.Namun, aku tak mau larut. Aku takkan membiarkan hal ini menggangguku terlalu lama. Fokusku kembali ke dunia medis, menimba ilmu, dan memperbaiki diri.Namun, setengah tahun kemudian… angin tak lagi tenang.Elvano tiba-tiba muncul kembali di hadapanku.Saat itu menjelang Natal, aku sedang di supermarket, sibuk mengatur pesta kecil bersama beberapa teman. Di tengah keramaian, matanya langsung berbinar begitu melihatku.Dia berjalan cepat ke arahku. Aku tidak lari, apalagi bersembunyi. Karena sejak awal, aku tidak berbuat salah, tidak pernah berhutang padanya.Elvano berhenti satu meter dariku, ragu melangkah lebih dekat.Tubuh tegapnya dulu kini tampak kurus, wajah pucat, sorot matanya redup. Dari pria penuh pesona, dia berubah me

  • Cinta yang Telah Menjadi Masa Lalu   Bab 8

    Maira.Nama itu sudah lama tak terdengar… tapi tak pernah hilang dari ingatanku. Dia yang telah merenggut anakku.Dan sekarang… dia sudah menerima balasannya.Aku menikmatinya dalam diam.Di ujung telepon, Livia menceritakan dengan antusias.“Masih ingat waktu kamu pergi ke luar negeri, polisi sedang memburu Maira?”Aku mengangguk.“Ingat.”Saat itu aku baru saja berhasil mengumpulkan bukti, tapi belum sempat melapor, aku sudah terluka parah dan harus dirawat di rumah sakit. Akhirnya, justru Elvano yang lebih dulu melaporkannya.Livia terkekeh sinis.“Si pelakor itu memang licik. Dia nggak tahan menghadapi tekanan pengejaran polisi, tapi juga nggak mau habiskan sisa hidupnya di penjara. Akhirnya, dia pakai jasa penyelundup buat kabur ke luar negeri.”Sebelum pergi, Maira menjual tiga mobil mewah hadiah dari Elvano. Bertahun-tahun dimanja, membuatnya mengeruk banyak harta. Dia pikir dengan uang itu, hidupnya akan nyaman di negeri asing.Namun siapa sangka? Penyelundup yang dia percaya j

  • Cinta yang Telah Menjadi Masa Lalu   Bab 7

    Orang bilang, mulut orang mabuk selalu berkata jujur.Dulu, mungkin dia pernah menyukaiku. Tapi itu hanya perasaan ringan, seperti angin yang mudah dihempaskan.Cukup dua kalimat dari Maira, dan semuanya lenyap tak berbekas.Ya, aku sakit parah sampai harus dirawat di rumah sakit. Semua karena hasutan Maira.Namun, kalau saja Elvano tak begitu mudah percaya padanya, semua ini takkan terjadi.Mereka… sama busuknya.Aku naik taksi pulang ke vila tempat aku dan Elvano tinggal selama tujuh tahun.Semua barang milikku, aku kemas habis.Sebagian adalah pakaian dan hadiah yang dia berikan di awal pernikahan.Sebagian lagi adalah barang rumah tangga dan perabot yang kusediakan sendiri.Tapi kalau ditanya apa yang benar-benar milikku… hampir tak ada.Aku tak mau membawa apa pun. Aku meminta asisten rumah tangga untuk membakarnya.Benda-benda yang menyimpan kenanganku selama tujuh tahun, pahit maupun manis, biarlah semuanya lenyap dalam satu kobaran api.Sama seperti perasaanku padanya. Terbakar

  • Cinta yang Telah Menjadi Masa Lalu   Bab 6

    Luka yang kuterima waktu itu cukup parah. Aku harus berbaring di rumah sakit hampir dua bulan penuh sebelum akhirnya pulih total.Selama itu, Elvano nyaris meninggalkan semua pekerjaannya hanya demi menjengukku setiap hari.Setiap kali datang, Livia selalu melemparkan sindiran pedas. Anehnya, pria yang biasanya angkuh itu benar-benar menahan diri, hanya untuk bisa melihatku sebentar saja.Sayangnya, aku tak pernah sekalipun membukakan pintu untuknya.Livia tahu betul betapa dulu aku pernah menyukai pria itu. Dia menatapku serius, lalu berkata dengan tegas, “Kalau sampai kamu balikan sama dia, aku akan langsung putus hubungan sama kamu!”Aku hanya tersenyum dan mengangguk.“Tenang saja. Saat tersadar waktu itu, hal pertama yang kulakukan adalah mengajukan cerai.”Livia mengernyit, berdercak kesal.“Tapi lihat caranya… terus datang ke sini tanpa henti. Aku ragu dia mau melepaskanmu dengan mudah.”“Nggak masalah. Kalau dia nggak mau tanda tangan, aku bisa gugat. Ada jalur hukum.”Di rumah

  • Cinta yang Telah Menjadi Masa Lalu   Bab 5

    Elvano menatap seksama, lembar demi lembar bukti lama itu.Semakin dibaca, wajahnya makin kelam, nyaris hitam legam.Saat aku kembali sadar, tubuhku lemah tak berdaya.“Sayang… akhirnya kamu bangun!”Aku menoleh. Elvano duduk di sisi ranjang dengan wajah berbinar penuh bahagia. Dia nyaris tak bisa menahan diri untuk memelukku. Namun pada detik terakhir, lengannya terhenti di udara. Dia hanya berani menggenggam tanganku, itu pun dengan hati-hati.Aku segera menarik tanganku menjauh.“Kenapa? Kecewa karena aku belum mati? Atau… masih ingin membela Maira?”Nada suaraku setajam pisau.Sorot mata Elvano langsung menegang, dipenuhi penyesalan.“Sayang, jangan begini sama aku… aku tahu kamu marah, maki aku sesukamu. Oh iya, kamu lapar? Haus? Atau ada yang sakit?”Jujur… yang paling menyakitkan adalah melihat wajahnya.Dia berdiri, menuangkan air ke dalam gelas. Aku mengernyit jijik. “Sudah cukup. Nggak perlu pura-pura peduli, Elvano. Kita cerai saja.”Tangannya bergetar, air panas tumpah men

  • Cinta yang Telah Menjadi Masa Lalu   Bab 4

    Elvano tersentak, menoleh pada wanita paruh baya itu.“Maaf, Tante… ini salahku, membuat Maira menderita.”Nada suaranya lembut, wajahnya penuh rasa bersalah.Dia berbalik dan kembali menarikku.Tarikan kasar itu membuat jahitan di perutku terbuka lagi, darah hangat merembes membasahi pakaian.Sakit yang tak tertahankan membuatku langsung pingsan.Elvano seakan tak peduli, menyeretku keluar layaknya bangkai anjing.“Aruna, kamu nggak kapok, ya? Bikin drama besar-besaran, ujung-ujungnya nggak ada apa-apa!”“Kalau kamu pikir pura-pura sekarat bisa lolos dari kesalahanmu melukai Maira, kamu naif!”Elvano menertawakanku dengan sinis. Tiba-tiba, Livia muncul setelah berhasil menyiapkan ruang ICU. Melihat apa yang terjadi, wajahnya memerah karena marah.“Elvano! Demi selingkuhanmu, kamu sampai tega mau membunuh istrimu sendiri?”“Coba lihat! Dia berdarah lagi! Kamu buta, ya?”Bentakan itu membuatnya tersentak. Namun, bukannya sadar, dia justru menendang perutku dengan kesal.“Livia, sampai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status