Bagas menurunkan wajahnya sejajar dengan Biya, hingga mata mereka saling mengunci. “Kamu sadar nggak, Biya? Sekali kamu melibatkan saya, nggak ada jalan untuk mundur. Apalagi kalau alasan kamu cuma emosi.”Tubuh Biya bergetar. Ia ingin menolak, tapi kata-kata tersangkut di tenggorokannya. Bagas menggeser jemarinya, dari rahang ke pipi, menahan lembut tapi penuh kuasa.“Nggak ada yang perlu Arsen tahu, asal kamu pintar menjaga rahasia kita. Jadi, pertanyaannya sekarang,” ia berhenti sejenak, menatap Biya seakan ingin menelannya hidup-hidup, “apa kamu siap dengan cara baru yang sudah saya persiapkan untuk kamu?”Biya menggigit bibirnya, mencoba menyusun keberanian. “Aku, aku mau, tapi.”“Tapi?” Bagas menekankan kata itu, menunduk lebih dekat sehingga alis mereka hampir bersentuhan. “Kalau mau ikut saya, jangan setengah-setengah. Semua atau tidak sama sekali, Biya. Tapi, karena kita sudah sejauh ini, maka saya memaksa, Biya.”Detak jantung Biya berdegup kencang. Tubuhnya gemetar, tetapi
Last Updated : 2025-09-07 Read more