Sinar pagi menembus jendela kamarku, hangat menyentuh wajahku. Kelopak mataku perlahan terbuka, tapi dadaku masih naik-turun cepat, seolah aku baru saja berlari sejauh mungkin tanpa henti. Tirai putih bergoyang ringan, suara burung di kejauhan terdengar, udara segar pagi menelusup masuk. Semua terasa begitu normal… tapi hatiku tidak bisa ikut tenang.Bayangan semalam menempel kuat dalam ingatanku—pedang merah 'Pendragon Merah' yang memusnahkan ribuan musuh, tatapan mata naga yang membakar dunia, dan tangan dingin pria berambut perak yang menembus jantungku sambil tersenyum. Begitu kilasan itu kembali, tubuhku langsung gemetar. Aku menempelkan tangan ke dadaku, memastikan sekali lagi bahwa tak ada luka, tapi sensasinya masih nyata: dingin, perih, dan menghantui.Aku menutup mata sejenak, menarik napas panjang. “Tenang… tenanglah.” Namun pikiranku justru makin kacau. Aku harus memastikan… aku harus melihat statusku. Jika semua itu bukan sekadar bunga tidur,
Terakhir Diperbarui : 2025-09-20 Baca selengkapnya