All Chapters of Langkah di Jalan Keabadian : Chapter 21 - Chapter 30

Malam hari, di salah satu kamar kediaman keluarga Su, Lin Hao menatap Ye Tian yang tengah memejamkan mata dalam posisi lotus. Sejak kejadian tiga hari yang lalu, rasa penasaran itu tak bisa lagi ia tahan. "Ye Tian," panggil Lin Hao pelan, memecah keheningan malam. "Sebenarnya… bagaimana bisa tingkat kultivasimu sekarang berada di ranah Inti Emas?" Ye Tian membuka matanya perlahan. Tatapannya tenang, tapi sorot mata Lin Hao jelas menunjukkan keterkejutan dan rasa ingin tahu yang mendalam. Mereka berdua memulai perjalanan kultivasi dari titik yang sama, namun kini kekuatan Ye Tian sudah melampaui jangkauan logika seorang kultivator biasa. Lin Hao mengerutkan kening, menatap Ye Tian dengan ekspresi tak percaya. "Beruntung? Jangan bercanda. Untuk menembus ranah Inti Emas membutuhkan waktu lama. Kau kira aku tidak tahu seberapa sulitnya untuk mencapai tahapan itu." Ye Tian hanya tersenyum tipis, tidak menjawab. Ia menatap keluar jendela, memperhatikan langit malam yang diterangi ca

Setelah keluar dari Kota Yunzhou, Ye Tian, Lin Hao, dan Su Wan’er bergerak menuju hutan. Sebelumnya, keduanya sudah diberi tahu oleh Ye Tian bahwa ada tiga orang yang mengikuti mereka sejak tadi. "Keluarlah, aku tahu kalian sedang mengikuti kami," ucap Ye Tian sambil menghentikan langkahnya, saat berada di hutan. Swush! Swush! Swush! Tiga bayangan melesat cepat dan muncul di hadapan mereka. Ketiganya berdiri dengan senyum sinis, menatap Ye Tian dan yang lain dengan penuh ejekan. "Ad

"Aku menuntut kelayakan dari setiap calon murid sekte, bukan tanpa sebab. Aku menginginkan kualitas, bukan kuantitas. Karena murid-murid ini kelak akan menjadi ujung tombak Sekte Pedang Langit. Banyak di luar sana hanya sibuk mengejar kultivasi, tanpa membekali diri dengan kekuatan fisik maupun kekuatan jiwa, padahal hal itu paling penting sebagai seorang kultivator sejati." ucap Patriark Feng Huang sambil menatap ke arah Ye Tian, Su Wan'er, Lin Hao, Meng Jin, dan Meng Rou. Sejak sekte mengalami kemunduran akibat pengkhianatan salah satu tetua 9 tahun lalu, Sekte Pedang Langit menjadi tertutup dari dunia luar. Formasi kabut sengaja dipasang, membuat siapa pun yang mencoba mencari keberadaan sekte kesulitan menembusnya. Banyak murid memilih pergi ataupun bergabung dengan sekte lain, sehingga hanya tinggal seratus murid yang memilih bertahan. Ye Tian mengangguk pelan, matanya menatap Patriark Feng Huang dengan penuh pengertian. "Patriark, aku sangat memahami maksud Anda. Untuk ap

Dalam perjalanan menuju Paviliun Langit Timur, mereka menyapa beberapa murid yang lewat. Tak lama kemudian, mereka tiba di hadapan sebuah bangunan megah berlantai tiga. Halamannya luas, di sisi kanan terdapat taman dan kolam kecil, sementara di sisi kiri tampak area latihan yang ramai. Formasi pengumpul energi spiritual terpasang di sekelilingnya, membuat energi di situ terasa padat dan tebal. Su Wan’er, Lin Hao, Meng Jin, dan Meng Rou hanya bisa melihat-lihat sekeliling dengan kagum. Mereka dapat merasakan betapa kuatnya energi spiritual di tempat itu, berbeda saat mereka memasuki sekte. Belum sempat suasana itu benar-benar hening, seberkas cahaya biru melintas di udara. Dari kejauhan, sosok wanita berparas cantik perlahan muncul. Jubah ungu muda dengan motif awan perak yang ia kenakan berkilau lembut di bawah sinar matahari. Tak lama, seorang pria paruh baya berjubah biru muncul dari dalam paviliun. Sosoknya berwibawa dengan tatapan tajam namun lembut. "Kau pasti Ye Tian," u

"Berarti Anda adalah salah satu orang kepercayaan kedua orang tua kandungku yang ditugaskan untuk mengawasiku dari kejauhan. Tapi… mengapa baru sekarang Anda menampakkan diri?" Nada suara Ye Tian bergetar, matanya menatap tajam pria tua di hadapannya. "Bahkan saat Ye Ming dan Ruyue mempertaruhkan nyawa melawan kawanan perampok demi melindungiku, Anda tidak muncul sedikit pun. Aku tahu mereka bukan orang tuaku kandung, tapi mereka mencintaiku dan menyayangiku seperti putra kandung mereka sendiri." Ia mengepalkan tangan, menahan emosi yang selama ini ia pendam. "Sejak kecil hingga beranjak dewasa hidupku selalu menjadi bahan hinaan dan cemoohan penduduk desa hanya karena akar spiritualku dianggap cacat. Semua itu kutanggung sendirian… sementara Anda hanya mengawasi dari jauh." Ye Xiaosheng menatap Ye Tian dengan tatapan nanar. Ia tahu betul segala penderitaan yang telah dialami oleh cucunya itu. Namun, di balik tatapan itu tersimpan penyesalan yang dalam. Ye Xiaosheng menatap Ye