Rani memandang Tante Laras dengan canggung. Belum sempat berkata apa pun, ia sudah tahu arah pembicaraan ini akan ke mana. Tatapan perempuan paruh baya itu seperti pisau yang menguliti dari ujung kaki sampai kepala. Terlihat tajam dan meneliti tanpa empati.“Belum, Tante,” jawab Rani akhirnya, suaranya terdengar sopan tapi lemah. Ia berusaha tersenyum, tapi wajahnya terasa kaku.Tante Laras menyipitkan mata. “Belum?” ulangnya, dengan nada sinis. “Kamu udah nikah berapa tahun, sih, sama Bima? Empat? Lima?”“Lima tahun, Tante,” jawab Rani, berusaha tetap tenang.“Lima tahun?” suara Tante Laras meninggi sedikit, membuat beberapa orang di ruangan itu menoleh. “Astaga, udah setengah dekade, tapi kok belum isi juga, Rani? Kamu mainnya kurang sering, apa gimana?”Dina, Yang berdiri disebelah kakaknya tersenyum kecil sambil memandang sinis pada Rani. Ia menghela nafas berat, merasa kesal karena menantunya tak kunjung hamil.Rani menelan ludah. Tangannya diam-diam mencubit lengan Bima, berhara
Last Updated : 2025-11-10 Read more