Hasrat Liar Sahabat Suami

Hasrat Liar Sahabat Suami

last updateLast Updated : 2025-12-12
By:  Cherry Blessem Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
15 ratings. 15 reviews
74Chapters
699views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Memiliki ayah yang pemabuk, penjudi serta suka main tangan membuat Rani menganggap perlakuan Bima—suaminya, terasa lembut meskipun ia kasar dan suka menghancurkan barang disekitarnya ketika emosinya meledak. Penggambaran cinta yang sesat lantas membuat Rani bertanya-tanya apakah ada pria yang bisa lebih lembut dari suaminya? Suatu saat ia bertemu dengan Fabio, sahabat suaminya yang ternyata juga kakak seniornya sendiri di kampus. Kepribadiannya yang dingin namun perhatian tampaknya malah membuat cinta lama yang telah layu itu kembali terbakar. Saat gairah dan nafsu mulai menguasai diri, keduanya pun mulai melewati batas dan terlibat dalam hubungan penuh rahasia yang tak seharusnya.

View More

Chapter 1

1. Sebelum rahasia itu datang

Rani terkejut bangun ketika pintu rumahnya di gedor dengan kasar. Samar, suaminya berteriak dari luar memanggil namanya.

Sambil mengerjapkan matanya yang kantuk, Rani menendang selimut lalu bangun dan berjalan dengan tergesa sambil menoleh ke arah jam dinding.

Sudah pukul tiga pagi. Ia menghela nafasnya dengan berat.

Entah sejak kapan Rani mulai malas menegur Bima yang selalu pulang malam. Setiap kali Rani bicara, Bima pasti akan menjawabnya dengan marah-marah seolah dirinya yang bersalah.

"Buka pintunya, Sialan!" Bima mengamuk dari luar membuat Rani makin mengejar langkahnya.

Ia menjadi terburu-buru hingga tak sengaja tersandung karpet yang terlipat dan menabrak ujung meja kayu. Rani meringis kesakitan namun suaranya teredam pukulan Bima pada pintu yang makin brutal seperti akan membelah pintu rumah mereka.

Sambil menahan sakit, Rani terseok menuju pintu dan membukanya namun sebelum pintu terbuka lebar, Bima langsung menyentaknya dan mendorong pintu dengan kuat hingga Rani terpental. Ia kembali meringis sakit namun Bima tampak tidak peduli.

"Lama sekali kamu membukanya!" Bima terdengar sangat marah membuat dada Rani berdebar ketakutan.

"Ma—maaf. Aku tersandung tadi ...,"

"Jangan bohong kamu, sialan! Kamu sengaja supaya aku terlihat bodoh, kan!?" Dengan nada tinggi, Bima memukul pintu hingga bergetar, mengejutkan istrinya.

"Sttt, jangan keras-keras, Kak." Rani menegur pelan, berusaha lembut agar Bima tidak tersinggung.

Pasalnya, sudah beberapa kali Rani ditegur tetangganya perkara suara tinggi Bima setiap kali ia mengamuk. Rasanya, hanya rumah Rani yang paling berisik padahal mereka hanya tinggal berdua.

"Jangan suruh aku diam, dasar istri gak berguna! Berani-beraninya mengaturku!" Bima kembali berteriak, tidak terima dengan ucapan Rani.

"Aku kan cuma ngasih tau." Rani mengecilkan suaranya namun Bima menanggapinya dengan emosi.

Dengan marah, Bima meraih guci kecil diatas meja dan membantingnya hingga hancur ke lantai sambil menginjak-injaknya dan berteriak pada Rani.

Rani melompat menelan suaranya. Ia memandang Bima dengan horor.

Kepalanya memutar kembali masa lalunya bersama keluarganya. Ayahnya memiliki sifat serupa seperti Bima yang kasar. Dalam level emosi seperti ini, ibunya sudah pasti dipukul oleh ayahnya.

Bagi Rani, level Bima masih dalam batas wajar. Dibanding memukul Rani, Bima lebih pilih membanting benda disekitarnya sebagai bentuk pelampiasan.

"Beruntung kamu nikah denganku! Kalau dengan orang lain, sudah habis kamu dihajar!" kata Bima keras sambil menunjuk bola mata Rani sambil melotot.

Bima langsung pergi meninggalkan Rani yang terdiam menuju kamar

Melihat kekacauan di sekelilingnya, Rani tersadar akan kekosongan dalam rumahnya. Sifat Bima yang pemarah dan suka menghancurkan barang membuat rumah ini tampak luas dengan sofa usang dan meja kayu yang kakinya di perbaiki oleh Rani. Meskipun kayu tambalannya berantakan, meja itu selalu kokoh menjadi penyangga seperti Rani dalam rumah ini.

Dengan pilu, ia memandang guci yang ia beli dengan uang menjadi tukang cuci piring setiap tetangga dan kenalannya ada acara. Sebuah profesi yang juga dijalani ibunya. Diam-diam Rani mengambil pekerjaan itu supaya bisa membelanjakan keperluannya dan Bima.

Jika ibunya tahu, apakah ibunya akan marah? Sebab Rani dikuliahkan ibunya dengan susah payah agar Rani tak perlu repot mencari uang sepertinya.

Dalam hati, Rani diam-diam memohon ampun pada sang ibu karena kala menikah dengan Bima, ia menyerah pada karirnya.

Rani menghela nafasnya sambil memungut satu persatu pecahan dari guci tersebut. Rasanya seperti sedang memungut hatinya yang hancur.

Jika ia mengeluh, kata-kata ibunya selalu bergetar di kepalanya.

"Suami seperti itu karena kekurangan kita. Jangan mengeluh. Sabar saja dan doakan, dia pasti akan berubah. Sudah tugas istri untuk memaklumi dan memahami suami."

Benar kata ibunya. Inilah takdir seorang istri.

Rani merasakan hatinya berkedut. Setitik air mata jatuh ke lantai.

*

“Kak Bima, kayaknya ada orang di depan,” suara Rani terdengar dari dapur, di sela gemericik air saat ia membersihkan udang segar.

Bima tetap terpaku pada layar ponselnya. Ibu jarinya lincah menekan tombol game sambil menyeruput kopi. “Kamu aja yang liat. Aku lagi sibuk,” sahutnya datar tanpa mengangkat kepala sedikit pun.

Rani menarik napas berat, menyeka tangannya tergesa, lalu meletakkan baskom ke wastafel. Degupan jantungnya perlahan meningkat saat ketukan pintu terdengar.

“Sebentar …,” gumamnya, menyeret langkah menuju ruang depan.

Begitu pintu terbuka, udara seolah mengeras. Di hadapannya berdiri sosok perempuan berwajah dingin, dengan sorot mata tajam yang membuat bulu kuduknya meremang.

“Halo, Bu …,” sapanya canggung. Jantungnya berdegup tak beraturan setiap kali menatap perempuan itu.

Dina—ibu Bima mengamati Rani dari ujung rambut hingga ujung kaki, seolah menilai barang murah di pasar.

“Kenapa nggak ngabarin kalau mau datang, Bu?” tanya Rani, mencoba terdengar ramah meski tenggorokannya kering.

“Buat apa?” Dina mendengus, melangkah masuk tanpa izin. “Ini rumah anakku. Aku nggak perlu minta izin sama kamu.”

Kata-katanya menghantam seperti cambuk. Rani menahan sesak di dadanya.

Dina segera melesat ke dapur, melihat putranya yang sedang santai di sana. Tak memperdulikan Rani. Ia kemudian mengobrol dengan putranya dan bertindak seolah-olah Rani tidak ada disana namun menerima pelayanan Rani seolah keberadaannya hanya sekedar pelayan rumah tangga.

Dina memperhatikan Rani dari ujung kaki hingga rambut. Raut kesalnya tak dapat ia sembunyikan. Mata Dina lantas menangkap lebam di lengan dan kaki Rani.

"Kenapa lengan dan kakimu biru?" tanya Dina.

Rani terkejut kemudian melirik lengan dan kakinya. Daster tanpa lengannya menunjukkan bagian tubuhnya yang membiru karena kejadian semalam. Gerak tubuhnya berusaha menutupi.

"Jatuh semalam," jawabnya lirih menyembunyikan kebenaran.

"Sengaja ya, kamu pakai baju begitu? Biar ngadu ke orang-orang kalau badan kamu biru? Begitu?" kata Dina sambil menyesap kopinya menolak jawaban Rani.

Rani yang terkejut langsung menggeleng. "E—enggak kok, Bu ...,"

Melihat wajah gugup Rani, Dina tampak meremehkannya. "Terus apa? Buat godain orang?"

Segera Rani menyesal memakai dasternya ini. Ia tak terpikirkan sama sekali pemikiran yang diutarakan ibu mertuanya.

"Bu—bukan, Bu! Saya pakai supaya bisa cepet-cepet kerja." Rani membantah walaupun ia tahu itu sia-sia. Tanpa banyak bicara, ia meraih sweater di jemuran dan memakaikannya agar tidak menjadi bahan pembicaraan lagi.

"Kamu sengaja, ya, pakai baju begitu buat pamer ke orang kalau kamu dipukul Bima?" Dina menolak melupakan pembicaraanya dan kembali menyudutkan Rani.

"Kalau gitu sih, emang pantes dipukul. Aku gak ngapa-ngapain malah caper. Dasar istri gak bener!" Bima menimpali, setuju dengan kata-kata ibunya meski matanya menempel pada layar ponsel.

Rani diam saja, tahu betul apapun yang ia katakan akan sia-sia.

Dina menggelengkan kepalanya, memandang Rani dengan penuh penilaian. "Kamu udah cek ke dokter belum kandunganmu? Masa lima tahun gak hamil-hamil?"

Rani terdiam sebentar. Tampaknya, niat hati Dina yang sebenarnya untuk mengunjungi Bima sedang ia utarakan.

Lagi-lagi, topik melelahkan ini yang dibahas.

"Masih nunggu,"

"Nunggu apaan selama lima tahun? Kamu ini bisa punya anak gak? Lama-lama kan saya jadi mikir kamu ini mandul!" Dina berteriak marah. Sepertinya, menunggu selama ini sudah mencapai batas sabar semua orang.

Rani juga tentu sudah tidak sabar lagi ingin punya anak. Namun, apalah daya dirinya? Ia sudah berusaha dan hampir putus harapan terutama ketika orang-orang terus menggunjingkannya.

Rani memandang Bima, berharap ia mau membantu Rani menjawab sebab Bima lah orang yang menolak pergi ke dokter untuk menunggu hasil secara alami.

Bima jelas tidak tertarik untuk menolong Rani.

Tiba-tiba saja Bima berdiri dengan pandangan horor pada ponselnya.

"Sialan!" kata Bima, mengejutkan semua orang.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

reviewsMore

LilyAnnie
LilyAnnie
Ceritanya bagus kak, ngalir juga. semangat nulisnya kak
2025-12-12 01:13:39
0
0
Syafitri Wulandari
Syafitri Wulandari
Seru bnget ceritanya, up yg bnyk Kak
2025-11-20 12:57:35
1
0
Liyusa_
Liyusa_
alurnya seru banget, bkin nagih baca
2025-11-15 22:48:52
1
0
Mirielle
Mirielle
baru baca bab awal dan ini baguss bgt
2025-11-15 20:10:32
1
0
Pelangi Jelita
Pelangi Jelita
Rani bakal kemana hatimu ..., penasaran kan , baru baca berapa bab , malah akunya yang penasaran ha...
2025-11-15 17:28:11
1
0
74 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status