“Kamu panik, ya?” tanya si aneh itu dengan santainya. Mataku pun langsung menemukan bingkai foto di meja. Foto aku dan dia, bersama sama penghulu palsu di tengahnya. Sialan, Mama-Papa pasti langsung mengamuk kalau tahu ini. Aku bahkan enggak bisa membayangkan Papa bakal bicara apa. Eh, tapi siapa juga yang peduli. Aku memang sudah membencinya dari dulu. Di foto itu, aku pakai gaun putih super mini, sementara dia pakai jas tuxedo biru. Kita berdua tersenyum lebar, jelas lagi mabuk berat. Aku ambil fotonya. “Kamu serius, ya, soal pernikahan ini?” “Iya, lah, kita kan udah resmi menikah.” “Kalau gitu, bisa enggak kita batalin aja?” Aku tatap dia. Ekspresinya langsung jatuh. “Lagian, ini juga cuma gara-gara iseng, kan. Kita bahkan enggak saling kenal!” “Ya ... aku juga udah ngira kalau kamu enggak bakal senang sama situasi ini,” katanya sambil angkat bahu. “Bukannya gitu. Sebenarnya aku benci yang namanya pernikahan, enggak percaya sama pernikahan,” jelasku. “Semua janji-ja
Huling Na-update : 2025-09-14 Magbasa pa