Di belakangnya, Dania berdiri dengan wajah penuh curiga. Pelayan itu, napas masih tersengal, menunduk. “Maaf, Nona… saya—” ucapnya, tapi terhenti.Mata Dania menatap tajam, alis terangkat. “Apa yang kamu lakukan?” tanyanya dingin.Pelayan itu menelan ludah, menatap ke arahnya. “Saya… saya hanya membersihkan kamar Tuan Arsen, Nona.”Dania mengerutkan dahi, lalu matanya tertambat pada sprei warna merah muda yang menghiasai ranjang kakak asuhnya itu."Sejak kapan Kak Arsen suka warna merah muda?”Pembantu itu hendak menjawab, namun sebelum ia berkata, ponsel Dania berdering. Ia menatap layar sekejap, lalu menjawab telepon.Pelayan itu menghela napas diam-diam, menunduk, berusaha menenangkan detak jantungnya. Mata Dania masih penuh curiga, tapi telepon memaksa ia untuk meninggalkan kamar itu.***Sementara di kantor, sore itu, Alexa berdiri di dekat lift, menatap Arsenio dari kejauhan.Dengan kode mata, ia memberi tanda bahwa ia akan naik di perempatan jalan. Arsenio menatapnya, alis s
Last Updated : 2025-11-06 Read more