All Chapters of Permaisuri yang Diabaikan: Chapter 11 - Chapter 20

Ketika aku berkata dengan gigih bahwa aku tidak ingin tidur sendirian, ia tersenyum cerah dengan ekspresi bingung. Aku perlahan melangkah ke dunia bawah sadar, merasakan sentuhan lembutnya.Apakah itu karena aku tidur sambil memegang tangan ayahku dengan erat? Aku menghela napas lega melihat penampilanku yang masih anak-anak di cermin. Oh, betapa beruntungnya aku! Bahkan jika aku belum bangun dari mimpiku, aku bisa memiliki kehidupan yang bahagia setidaknya hari ini.Setelah meyakinkan ayahku beberapa kali, aku menuju kuil. Ada benjolan di tenggorokanku ketika aku menyadari apa yang kulihat sangat berbeda dari ingatanku. Aku berdoa dengan sungguh-sungguh, melipat kedua tangan agar saat ini adalah kenyataan, dan bahwa aku hanya mengalami mimpi buruk yang panjang dan jelas.Pada kenyataannya, bahkan jika aku pergi ke kuil, tidak ada jaminan bahwa aku bisa mendapatkan jawaban yang jelas.Mereka mungkin belum menerima ramalan Tuhan. Dalam hal itu, aku akan kembali menderita kecemasan kare

Ayahku berbicara dengan suara yang sedikit serak. Ia meluruskan tubuh dan menatapku, menata rambutnya yang acak-acakan."Selamat pagi, Ayah.""Selamat pagi. Kemarin kau tertidur begitu masuk ke kereta. Apakah kau baik-baik saja sekarang?"Ia menatapku dengan cemas. Aku tertawa terbahak-bahak ketika ia menatapku dengan hati-hati. Hatiku yang kosong terasa sedikit hangat."Saya baik-baik saja, Ayah. Maaf telah membuat Ayah khawatir.""Kedengarannya bagus. Hmm, Tia.""Ya?""Maukah kau ceritakan apa yang terjadi di kuil?""Itu..."Aku tidak bisa berkata-kata. Apa yang bisa kukatakan? Aku dibunuh pada usia tujuh belas tahun dengan tuduhan makar, tetapi ketika aku membuka mataku, aku kembali berusia sepuluh tahun? Aku tidak lain adalah pengganti untuk gadis yang terpilih? Apakah aku mendengar ramalan Tuhan dari yang terpilih di antara para pendeta yang melayani Tuhan?Aku diam karena tidak bisa mengatakan semua itu. Ia akan berpikir aku gila jika aku mengatakan itu karena ingatanku sebagai

“Orang-orang yang tidak mengenalmu dengan baik akan mengatakan bahwa Anda sangat rasional dan berhati dingin, tetapi ia tidak terlihat seperti itu di mata saya. Ia adalah orang yang sangat hangat. Ia menempatkan pentingnya kehidupan rakyat sebelum keselamatannya, tetapi ini membuatnya tidak dapat memberikan penilaian yang berhati dingin.”Di masa lalu, semua orang di sekitarku melihatku sebagai orang yang sangat dingin dan rasional. Di mata mereka, aku adalah majikan yang sangat ketat bagi bawahanku, aku adalah putri yang berhati dingin bagi ayahku, dan aku tetap bersikap tenang bahkan ketika aku memiliki status permaisuri yang diambil dariku oleh Jiun.Putra mahkota sangat membenciku karena itu. Ia menatapku dengan jijik, memanggilku wanita seperti boneka. Tapi sekarang, kaisar mengatakan aku adalah orang yang hangat. Aku belum pernah mendengar ada orang yang memanggilku orang yang hangat. Aku agak merasa aneh tentang itu.“Kaisar harus selalu berhati dingin. Dan di atas segalanya, i

“Yah, suatu hari ayahku, yang kembali dari Istana Kekaisaran, meninjau pajak barang mewah dengan ekspresi serius. Tetapi saya belum pernah melihat ayah saya merancang hal-hal seperti itu. Itu berarti orang lain yang merancangnya, kan?”“Ya, secara logis.”“Selain itu, ia tiba-tiba menyebutmu sebagai menantunya.”“Apa-apaan?”Apakah duke tiba-tiba menyebutku sebagai menantunya?Aku memiringkan kepalaku dengan penasaran, ia melanjutkan, “Biarkan saya ceritakan tentang itu nanti. Bagaimanapun, jika ayah saya menyebut Anda, permaisuri berikutnya sebagai menantunya, itu berarti sesuatu yang luar biasa telah terjadi padamu atau Anda terlibat dalam makar. Jelas tidak ada kemungkinan Anda terlibat dalam makar. Jika itu masalahnya, ada kemungkinan besar bahwa Anda membuat proposal itu.”“Oh, saya mengerti.” Aku menjawab, terkejut dengan alasannya.Tetapi alasannya tidak be

“Oh, ngomong-ngomong, ulang tahun ayahmu lusa, kan?”“Ya, itu benar.”Seolah-olah ia tidak menyangka aku akan mengingat ulang tahun ayahnya, ia terkejut.Aku tersenyum lembut padanya, yang jelas-jelas tersentuh oleh perhatianku.“Ayahmu dulu sangat suka camilan, kan? Biarkan saya memberi Anda liburan lima hari, mulai besok, jadi Anda bisa mengunjungi ayah Anda. Beritahu kepala koki untuk membuat beberapa kue dan biskuit untuk ayah Anda, dan dapatkan beberapa herbal yang baik untuk orang tua.”“Terima kasih, Nona muda.”“Tolong sampaikan salam saya padanya. Semoga liburan Anda menyenangkan!”“Terima kasih, Nona.”Kepala pelayan membungkuk dalam-dalam sebelum pergi. Aku merasa butuh sedikit lebih banyak waktu untuk menyelidiki rincian pribadi staf, tetapi karena itu tidak mendesak, aku dengan santai membuka buku tipis.“Nona muda.”&