Lahat ng Kabanata ng Permaisuri yang Diabaikan: Kabanata 31 - Kabanata 40

"Ayah..."Aku menutup mulutku dengan tangan yang gemetar. Keputusasaan yang gelap, frustrasi, dan rasa malu yang mendalam yang bersembunyi jauh di lubuk hatiku mencair dengan air mata panas.Aku merasa bodoh karena salah paham pada ayahku.Mengapa aku salah paham padanya ketika ia begitu khawatir tentangku? Meskipun ia tidak mengungkapkannya kepadaku, ia mendukungku.Aku tidak memercayainya karena aku melihatnya hanya lewat dengan senyum di mata birunya ketika aku mengatakan ingin belajar ilmu pedang. Meskipun akulah yang menjawab dengan kekanak-kanakan bahwa aku ingin hidup bersama ayahku alih-alih menjawab dengan jujur, aku mengabaikan fakta bahwa persetujuannya terhadap pembelajaran ilmu pedangku menunjukkan kepercayaannya padaku. Meskipun ia selalu menjadi dukungan kuat bagiku, aku berjuang untuk melakukannya sendiri alih-alih memercayainya sepenuhnya.Aku memutuskan bahwa alih-alih mengandalkan Tuhan, aku akan hidup sambil peduli pada orang-orang di sekitarku. Aku memutuskan bahw

Meninggalkan anak laki-laki yang penasaran itu, aku berlari di lintasan di sekitar lapangan latihan. Berapa banyak waktu berlalu? Aku melambat untuk mengatur napas, tetapi tiba-tiba aku merasa seperti seseorang mengikutiku.'Apakah itu putra adipati?'Saat aku menyingkir agar ia lewat lebih dulu, seseorang menarikku dari belakang.Dalam sekejap, aku merasakan kehangatan di seluruh tubuhku."Siapa yang memelukku seperti ini...?""Saya menangkapmu, Nona."Aku hampir marah padanya karena gerakannya yang terlalu ramah, tetapi tidak jadi. Aku tiba-tiba kaku. Sebuah suara yang ramah terdengar di telingaku, yang membuatku bergidik."Oh, Allendis?""Sudah lama, Aristia."Aku berbalik dengan cepat. Seorang anak laki-laki yang terlihat sangat akrab tetapi sedikit berbeda menarik perhatianku.Aku mengedipkan mataku perlahan ketika aku melihat Allendis, yang tidak kulihat selama hampir enam bulan.'Mengapa ia terlihat sangat aneh bagiku?' Aku berpikir sejenak dalam hati.Namun, rambutnya yang ber

Aku membuka mata ketika Allendis berbicara dengan suara yang lembut. Dengan senyum yang terlihat pahit, ia menarikku ke sisinya diam-diam. Aku terhibur ketika ia dengan lembut menepuk punggungku dan memelukku dengan hangat, menatapku diam-diam. Meskipun aku tidak dapat menemukan kenyamanan mutlak dalam dirinya yang aku temukan pada ayahku, aku merasa terhibur oleh tepukan lembutnya di punggungku.Terbawa oleh sentuhan hangatnya, aku menyandarkan kepalaku padanya. Rasanya seperti sebagian keputusasaanku menghilang ketika aku dipeluk, mencium bau tubuhnya yang unik.Karena aku merasa jauh lebih baik, aku menarik napas dalam-dalam ketika Lars menarik perhatianku saat aku menoleh.Dengan wajah masam, ia segera marah padaku dan berkata, "Apa yang kau lakukan sekarang? Jauhi dia sekarang juga! Saya tidak tahan lagi. Bagaimana mungkin seorang wanita memeluk seorang pria dengan begitu mudah?""Hei, Lars?" Allendis menantang."Apa yang kau lakukan, Allendis? Betapa memalukannya...""Saya pikir

Aku takut aku akan ditinggalkan oleh orang-orang berharga jika aku mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak bisa menghilangkan kenangan mengerikan tentang digunakan oleh dewa yang aku yakini dan andalkan, dan bahwa aku ditinggalkan oleh orang yang aku cintai dari lubuk hatiku. Jadi aku hanya menggigit bibirku dengan keras."Bisakah kau memberitahu saya mengapa kau begitu takut dan bagaimana saya bisa membantu Anda?""...""Percayalah pada saya, Tia. Saya akan mengambil sebagian beban dari dadamu. Katakan pada saya apa yang sangat kau takuti."'Apa kau tidak ingin beban itu hilang dari dadamu?' Suara kedua mulai berbisik lagi.'Saya tahu kau telah menyimpan kekhawatiranmu di dalam tanpa berbicara dengan siapa pun. Apa kau sudah lupa sumpahmu bahwa kau ingin hidup bersama orang-orang di sekitarmu? Jika kau tidak memberitahunya, kau akan terjebak di tempatmu berada selama sisa hidupmu.'Aku menjawab suara kedua dengan mata tertut

"Istri putra mahkota.""...""Akan lebih aman untuk memberimu gelar yang lebih rendah dari itu, tetapi mengingat pengabdian dan kesetiaan keluargamu, saya tidak bisa. Apa kau puas?""....""Mengapa Anda terlihat tidak senang? Saya akan memberimu gelar resmi sebagai istri saya. Apa Anda takut kehormatan keluarga Anda akan dicoreng oleh itu?"Mempertahankan statusku sebagai istrinya? Ia tampaknya berpikir aku takut menjadi selirnya, tetapi terlepas dari gelarku sebagai istri atau selirnya, yang benar-benar aku takuti adalah melalui memori masa laluku yang berulang.Bahkan jika aku menjadi istrinya, fakta bahwa Jiun akan datang kemudian untuk mengambil gelarku tidak akan hilang. Tidak ada jaminan bahwa aku tidak akan mengikuti nasib masa laluku hanya karena aku tidak menjadi selirnya.Aku menggenggam tanganku untuk menyembunyikan getaran. Itu hari ini, hari terakhir yang aku janjikan kepada kaisar untuk memberinya jawabanku. Mengenai hak