Telepon berdering.Tania mengambil tisu, menyeka air mata dan hidungnya, mengangkat telepon, dan menjawab, "Papa..."Pak Agus tahu dia sedang menangis begitu mendengar suaranya dan berkata lembut, "Sayang, papa tahu apa yang terjadi di internet. Jangan khawatir, Papa pasti akan menghajar mereka!"Air mata Tania mengalir deras, dan dia terisak."Nggak perlu, Pa. Biar aku yang mengurusnya sendiri kali ini."Pak Agus mendesah sedih, "Nak, apa yang bisa kau lakukan? Biarkan Papa yang mengurusnya!"Air mata Tania mengalir ke mulutnya.Dia mendongak, membuka mulutnya lebar, megap-megap seperti ikan yang keluar dari air untuk menahan isak tangisnya.Suara cemas Pak Agus berkata, "Nak, jangan takut, Papa di sini untuk melindungimu! Apa pun yang terjadi, kau adalah putri kesayanganku, anak baikku."Saat Tania bisa berbicara lagi, dia tercekat, "Papa, aku baik-baik saja. Putri kecilmu sudah dewasa dan bisa mengurus semuanya sendiri."Suara Pak Agus juga tercekat. "Nak, Papa akan menurutimu. Kala
Read more