GALANG"Sela, apa Bimo sudah datang?"Pertanyaan itu meluncur begitu saja begitu kakiku memasuki lobi kantor. Suara denting lift, telepon, dan langkah para pegawai tidak mampu meredam kegelisahan yang sejak pagi menusuk kepalaku. Fokusku hanya satu: Bimo.Sela, yang duduk dengan rapi di balik meja resepsionis, langsung menoleh cepat."Belum, Pak. Biasanya agak siang, Pak.""Kalau dia datang, suruh menghadap saya ke ruangan.""Baik, Pak."Aku tidak menambahkan apa-apa. Tidak ada gunanya. Tubuhku melangkah cepat menuju lift, dan begitu pintu menutup, aku mengembuskan napas kasar. Semalaman kepalaku dipenuhi kekesalan yang sama, Bimo, Vania, dan perubahan sikap Bimo yang tiba-tiba itu.Aku masih bisa mengingat jelas bagaimana tangan Bimo menggandeng Vania sore kemarin. Masih bisa mendengar dengan jelas bagaimana dia memanggil Vania dengan kata “sayang,” seolah-olah selama ini dia bukan suami yang paling lalai di atas bumi.Aneh. Tidak masuk akal. Dan sangat memuakkan.Saat aku sampai di
Last Updated : 2025-12-07 Read more