Pagi itu, aroma kopi dan roti panggang memenuhi udara apartemen kecil Fiona. Matahari menyelinap lembut lewat celah tirai, memantulkan cahaya ke rambut cokelat bergelombang miliknya yang berantakan. Ia mengenakan piyama sederhana dan apron putih, tangannya sibuk menyiapkan sarapan. Di meja dapur, dua cangkir kopi sudah menunggu — satu hitam pekat, satu lagi dengan sedikit susu, seperti kebiasaan William.Ketukan pelan di pintu terdengar. Fiona menoleh, lalu tersenyum kecil sebelum berjalan membuka. William berdiri di sana dengan jas abu-abu, dasinya sedikit longgar, dan senyum yang menenangkan.“Masuk,” ucap Fiona sambil menahan tawa kecil. “Kau bahkan belum sempat memperbaiki dasimu.”William tertawa ringan. “Mungkin karena aku terlalu terburu-buru ke sini.”Fiona menggeleng pelan, menariknya masuk. “Kau tidak perlu selalu datang pagi-pagi, tahu? Aku tidak akan kabur ke mana pun.”“Aku tahu,” jawab William dengan nada santai, “tapi kalau aku tidak datang, siapa yang akan memastik
Huling Na-update : 2025-11-09 Magbasa pa