Malam itu, rumah terasa lebih sepi dari biasanya. Alya duduk di ruang kerja kecilnya, lampu meja menyala lembut, menerangi tumpukan berkas yang tertata rapi di atas meja. Di antara dokumen-dokumen itu, ponselnya tergeletak — layar menampilkan file rekaman berdurasi 12 menit. Ia menekan tombol play sekali lagi. Suara Selina menggema pelan di ruangan itu, terputus oleh sesekali napas Raka yang berat. > “Kalau kau tidak menyingkirkannya, aku yang akan melakukannya!” Alya menutup matanya, menyandarkan kepala ke kursi. Ia sudah memutar rekaman itu berkali-kali, bukan karena ingin menikmati isinya, tapi karena setiap kata di sana adalah langkah dalam rencananya. Sebuah peluru — bukan untuk membunuh, tapi untuk menaklukkan. Ia menulis sesuatu di buku catatannya: > “Gunakan saat tekanan datang dari luar. Jangan terburu-buru.” Tangannya bergerak tenang, tapi matanya menyiratkan badai. Ia tahu, waktu sedang berpihak padanya. Orang yang panik akan selalu membuat kesalahan. Dan kini, Sel
Huling Na-update : 2025-11-06 Magbasa pa