Pagi itu, Bara dan Risa berdiri di depan gedung perkantoran Zenith, tempat yang katanya menjadi jantung dunia bisnis modern.Namun, begitu melihatnya, Risa langsung menelan ludah. Gedung kaca itu menjulang tinggi, dingin, dan… terlalu sempurna.“Bara,” bisiknya pelan, “kenapa rasanya tempat ini lebih menakutkan dari Master Kegelapan kemarin?”Bara menatap ke langit yang terpantul di dinding kaca gedung itu. Orang-orang lalu-lalang dengan langkah cepat, wajah kaku, dan mata penuh tekanan.Dia tersenyum kecil. “Ya, karena di sini musuhnya bukan kegelapan. Tapi stres, ambisi, dan kecemasan. Bentuk baru dari iblis lama.”Mereka masuk ke lobi. Suara tumit sepatu, dering telepon, dan aroma kopi bercampur menjadi irama yang menegangkan.Risa makin gelisah, Chi-nya bergetar.“Bara, semua orang di sini kayak robot… aku nggak bisa napas,” bisiknya.“Tenang,” jawab Bara, tetap tersenyum. “Fokus sama langkahmu. Rasakan kaki yang menapak lantai. Itu cukup.”Lift berdenting.Sampai di lantai magang
Terakhir Diperbarui : 2025-10-05 Baca selengkapnya