Yara melepaskan sabuk pengaman, menoleh pada Elvaro yang baru saja memarkir mobil di depan rumah keluarga Yara. Senyum tipis terlukis di bibirnya—senyum yang justru menyiratkan luka.Entahlah, akhir-akhir ini Yara menjadi begitu sensitif, bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun."Mas, aku pulang dulu, ya," ucapnya lembut.Elvaro menatap Yara dengan sorot mata nanar. Tangannya terulur, meraih tangan Yara dan mengecupnya singkat. “Kabari aku kalau sudah mau pulang, ya.”Yara menarik napas dalam. “Aku harus berusaha buat nurunin ego.”Elvaro tersenyum, lirih tapi hangat—seolah bangga pada kekasihnya itu. Ia kemudian mengecup kening Yara singkat, penuh kasih. “Entah ini cuma perasaanku atau gimana,” katanya pelan, “tapi aku ngerasa kamu kayak lagi terbebani. Aku gak tahu apa yang bikin kamu gini, tapi aku siap dengerin semuanya nanti… kalau kamu udah siap.”Yara tersenyum tipis, kepalanya mengangguk pelan. Ada sedikit lega, karena Elvaro memilih memahami, bukan memaksa.“Aku turun dulu, ya,
Last Updated : 2025-11-10 Read more